Selamat pagi untuk kamu beserta keluargamu. Aku sudah cukup tahu dasar-dasar tentangmu. Tentang keluargamu, pekerjaan orang tuamu, dan kamu yang selalu diam. Apa yang terjadi antara kamu dan aku seolah-olah adalah hal paling berharga dalam hidupku. Aku pernah merasakan jatuh cinta sebelum aku mencintaimu. Namun mencintaimulah yang kurasakan begitu sulit terhapuskan. Aku cinta padamu dan aku beranjak pergi. Cukup berat langkah kaki menjauh, berharap kamu tak lupa denganku.
Jika dulu aku pernah mengatakan suka padamu. Dan kamu mengatakan hal yang sulit kucerna. Entah, maknanya sulit sekali kuartikan. Ada sisi yang membuatku begitu lebih bermakna dan ada sisi di mana aku merasa terabaikan. Oke, semua hak mu, dan aku hanya mengiginkanmu bebas.
Aku pernah meminta maaf padamu lewat pesan entah berapa kali. Itupun kau maafkan bahkan kamu tak tahu apa salahku. Akankah sekarang kau maafkan pula kesalahan ku? Aku merasa banyak melakukan hal yang tak kau ingini. Dan aku merasa gagal menjadi seorang pencintamu. Maafkan aku.. Dan setelah itu kau boleh marah padaku. Selama mungkin kamu mau.
Sekalipun lewat pesan singkat lagi, aku tak berani meminta maaf itu lagi padamu. Aku titipkan saja pada Tuhan di akhir sujudku dan kuminta temanmu menyampaikan permintaanku padamu. Terimalah.. Kalau kau mau aku segera pergi.
Sekali lagi, maaf jika aku masih saja mengorek tentangmu dan tentang keluargamu. Jujur saja, tadi malam aku bertanya banyak pada temanmu tentang keluargamu. Ternyata nenekmu begitu sayang padamu dan menginginkan yang terbaik untukmu. Apakah itu yang menyebabkan kamu begitu lugu tentang perempuan?
O iya. Aku menyukai muka malu-malu mu dan sangat benci dengan punggungmu yang semakin menjauh. Yang terasa, ada yang tertusuk ketika punggungmu hilang bersama langkahmu. Aku menutupi rasa sakitnya dengan menghela nafas, tersenyum, dan mengatakan semoga engkau bahagia dan diberi kesehatan olehNya. Meski lewat bisikan di hati. Cukup di hati dan dari hati. Maafkan aku, sayang..
Jika dulu aku pernah mengatakan suka padamu. Dan kamu mengatakan hal yang sulit kucerna. Entah, maknanya sulit sekali kuartikan. Ada sisi yang membuatku begitu lebih bermakna dan ada sisi di mana aku merasa terabaikan. Oke, semua hak mu, dan aku hanya mengiginkanmu bebas.
Aku pernah meminta maaf padamu lewat pesan entah berapa kali. Itupun kau maafkan bahkan kamu tak tahu apa salahku. Akankah sekarang kau maafkan pula kesalahan ku? Aku merasa banyak melakukan hal yang tak kau ingini. Dan aku merasa gagal menjadi seorang pencintamu. Maafkan aku.. Dan setelah itu kau boleh marah padaku. Selama mungkin kamu mau.
Sekalipun lewat pesan singkat lagi, aku tak berani meminta maaf itu lagi padamu. Aku titipkan saja pada Tuhan di akhir sujudku dan kuminta temanmu menyampaikan permintaanku padamu. Terimalah.. Kalau kau mau aku segera pergi.
Sekali lagi, maaf jika aku masih saja mengorek tentangmu dan tentang keluargamu. Jujur saja, tadi malam aku bertanya banyak pada temanmu tentang keluargamu. Ternyata nenekmu begitu sayang padamu dan menginginkan yang terbaik untukmu. Apakah itu yang menyebabkan kamu begitu lugu tentang perempuan?
O iya. Aku menyukai muka malu-malu mu dan sangat benci dengan punggungmu yang semakin menjauh. Yang terasa, ada yang tertusuk ketika punggungmu hilang bersama langkahmu. Aku menutupi rasa sakitnya dengan menghela nafas, tersenyum, dan mengatakan semoga engkau bahagia dan diberi kesehatan olehNya. Meski lewat bisikan di hati. Cukup di hati dan dari hati. Maafkan aku, sayang..