Minggu, 24 Februari 2013

Sepuluh Detik

Kuingat pagi - pagi.
Hmm. Pagi itu juga aku ingin mengucap selamat pagi untukmu. Ah. Mengapa harus digeser? Aku ingin melihat wajahmu untuk setengah atau satu jam saja. Juga yang pasti, aku ingin engkau melihatku. Betapa aku ingin diperhatikan. Betapa aku ingin mendapat tempat khusus di hatimu. Oh...Surut harapku.
Cukuplah ku pandang engkau sepuluh detik saja. Namun jujur, itu tak cukup. Lalu pakai cara apa aku memandangmu lebih dari sepuluh detik? Betapa pelit waktu, tak mau menolongku sebentar saja. Sepuluh detik? Waktu macam apa itu?! Ah sudahlah, buat apa aku memprotes semacam itu. Kamu juga tidak ingin kan memandangku? -___-

Emm. Jika kuingat ingin menangis saja aku ini. Sepuluh detik itu, aku sepintas melihat matanya. Sepintas melihat perhatiannya. Dan selamanya aku akan mengerti bahwa aku tak pernah kau pedulikan. Masih saja aku tersenyum - senyum memandang kenangan sepuluh detik itu.

Wajahmu mengiang.
Tersenyumkah kau tadi? Sepuluh detik tadi? Kuharap dengan pesimis, kau tak tersenyum. Hanya sepuluh detik! Mungkin Kurang atau bahkan lebih. Hahaha. Bahagia sekali hatiku. Mengenalmu sebanyak waktu ini. Sepuluh detik! Sepuluh detik! ;)

Mengering

Hahaha. Sayang, maaf aku menangis lagi. Maaf aku mengingatmu lagi. Maaf aku merasa ingin mengulangi apa yang pernah kualami denganmu lagi.

"Jujur..Aku tak kuasa saat terakhirku genggam tanganmu. Namun yang pasti terjadi. Kita mungkin tak bersama lagi. Dan bila nanti esok hari, kutemukan dirimu bahagia. Izinkan aku titipkan. Kisah cinta kita.."
T___T Aku memang tak punya kisah cinta denganmu. Tetapi, aku punya cinta denganmu. Dan aku anggap, itu sebuah kisah cinta. Kisah cinta yang tak sempurna. Aku menangis lagi.

Ada gunanya kuputar lagi sendu malam itu. Membiarkan air mataku menetes, hanya bisaku. Menangis. Maaf. Jika kau tak perlu maafku, ah tak apalah. Aku tak berhak memaksamu.

Aku terdiam sebentar. Lalu meraba pipi. Meraba kisah, kisahmu. Pipi dan kisah yang tadinya basah kini sudah mengering. Syukurlah...Aku sudah berhenti menangis. 

Ketakutan Kehilangan

Ah.
Pesan mu masih kusimpan. Entah kapan aku tega menghapusnya. Aku tak ingin menjadi keterpaksaan. Malam - malam yang lalu aku memimpikanmu. Baru kali ini aku sempat menulis untukmu, lagi. Engkau terlalu mengerti, aku sedang merindumu.
Kukira, aku hanya menangis untukmu. Ternyata aku menangis karena takut kehilanganmu. Ah...Mengapa engkau begitu kuat? Ku harap aku mengenalmu bukan sebuah penyiksaan. Dan...Kuharap engkau mengetahui semua sikapku bukan dengan kekejaman. Jika engkau tulus, akupun begitu. Suatu saat aku juga akan tulus melupakanmu. Tulus menjauh darimu. Entah kapan aku bisa.
Sayang...
Apa aku pantas memanggilmu sayang? Engkau memang bukan siapa - siapaku. Namun aku begitu takut kehilanganmu. Kata orang - orang itu yang dinamakan sayang? Lalu, salau aku memanggilmu sayang? Oke, aku tak akan menjadi orang yang tak punya malu. Kau lelaki, dan aku wanita. Tak sepantasnya aku melebihi sikap ku. Tak sewajarnya aku melebih - lebihkan perasaanku. Perasaan sayangku. Aku polos memang. Aku lebih suka jujur. Tapi engkau tak pernah lepas padaku. Muka malu - malu mu itu yang kutakutkan. Kutakutkan hilang dariku. Sekarang, APA AKU PANTAS TAKUT KEHILANGANMU? APA AKU BERHAK?

Sabtu, 02 Februari 2013

Jaga Dirimu Baik - Baik

Sudah kupertaruhkan keras - keras penantianku akan dirimu. Maksud hati ingin mendapatkan sebongkah perhatianmu. Sikapmu memang sudah membabi buta begitu. Dengan sikap tak acuhmu kau semakin menipiskan segala harapku. Maafkan aku jika aku tak mau lagi menyapamu, memberi senyumku, dan memerhatikanmu. Semua itu terlalu munafik jika kamu tau. Semua itu terlalu jelas berbohong kepadamu. Jika aku masih rindu berarti aku masih mencintaimu.
Senja selalu menjaga keemasannya. Menaruhkan lembaran - lembaran rindu pada siang yang bernderang. Ketika berbicara tentang senja, aku juga berbicara akan kesenjaan hatiku padamu. Semakin melemahnya rasa ini, semakin beratnya rindu yang menumpuk - numpuk pilu.
Kertas - kertas kehidupan telah lama mengusam. Menceritakan semua bentuk perhatian yang dulu tertanam untukmu. Menebarnya terang - terangan. Seakan ku tak pernah merasa malu. Itulah bukti rasaku. Kini aku tak ingin muluk - muluk lagi dengan perhatianku padamu. Cukuplah perhatian - perhatian itu ada pada diriku. Dan tak seorangpun tau selain diriku.
Kau tau, sebentar lagi aku sudah akan meninggalkanmu. Melanjutkan mimpiku di tempat lain. Akan kuingat semua sikapmu yang tertutup padaku. Akan kurenungkan semua maksud senyummu. Dan akan kubuang semua ketidak pedulianmu padaku. Semakin kuingat semakin membuat lara. Membuat kecewa semakin menggunung. Jaga dirimu elok - elok. Jangan pernah sekalipun kau keluar dari kehidupanmu yang alami. Yang indah, yang berseri penuh kaidah agama. Aku akan selalu merindukan ucap selamat darimu. Jaga dirimu baik - baik. Jangan pernah rapuh, jangan pernah putus akan harapan. Jadilah dirimu sendiri. Pedulilah pada orang yang menyayangimu. Bila kau tak suka, bersikaplah baik - baik. Berilah ia senyummu yang selalu kutunggui. Jaga dirimu yang elok :')

Jumat, 01 Februari 2013

Lelaki Lain dalam Rinduku

Bulir - bulir harap makin hari semakin mengikis. Aku juga sudah tak mau acuhkan. Lara hati bukan kian menipis namun kian meninggi. Ini rindu, lelakiku! Terimakasih atas ucapan selamat atas keberhasilanku lama waktu lalu. Harap lain dalam anganku, kau ucap itu sekali kali. Sekali lagi. Hanya sekali. Kapan? Tak pernah lagi!
Semangat memburu setiap menyingsing pagi hanya bertuju untuk membarengimu masuk gerbang sekolah. Di belakangmu atau di depanmu pun tak apa. Aku sudah cukup dapat madu. Di samping itu, aku juga mencari rupa lelaki lain. Dia juga sepertimu. Juga kurindukan. Juga kucintai senyumnya. Namun hanya sebatas mencintai keanggunannya tersenyum. Belum melebihi cinta tak teracuhku padamu.
Lelaki itu lebih sering kutemui daripadamu. Lebih sering kulihat memberi senyum daripadamu yang sekarang. Maaf. Aku hanya berlagak tak menghiraukanmu. Sebetulnya pedang - pedang telah menusuk - nusukku saat ku mencoba melirikmu namun kau berpaling dan meneruskan jalanmu. Jika itu bahagiamu, aku setuju. Aku juga bahagia. Tetapi jangan salahkan aku jika aku punya rindu pada lelaki lain. Memang kamu hanya kekasih dalam anganku. Rasa bersalah juga seharusnya kutimang karena aku juga mencintaimu. Dua lelaki punya kisah rindu di mahligai hatiku.
Maafkan aku, maafkan aku. Ada lelaki lain dalam secarik rindu di tumpukan lembar - lembar rinduku yang hanya padamu.