Sabtu, 14 September 2013

Kakak Jangan Pulang #1

Tulisan ini.
Tulisan ini yang khusus ku tulis pertama kali untuk kakakku.
Silakan anggap ini fiksi, tapi ini nyata.
Dan silakan anggap ini nyata, tapi ini fiksi.
Kakakku, Fattahilah Nakhla.
Fattahilah artinya pemimpin yang agung.
Sedangkan Nakhla adalah orang yang pandai.
Kakakku punya nama seindah itu. Tapi dia bukan kakakku.

Kakak pernah bercerita bagaimana pertama dia melihatku. Melihatku yang masih merah dan hanya bisa menangis. Kakak senang memandangku ketika menangis. Bahkan, aku sering dicubit agar aku menangis. Kakak tak pernah bisa mengistirahatkan tangisku barang sebentar. Itu jadinya, dia dimarahi ibu setiap kali ingin mencubitku. Namun kakak tidak lantas pergi atau mencari pilihan lain untuk bermain. Dia malah ikut menangis denganku. Inginnya adalah membuat ibu menangis karena aku dan kakak menangis. Kakak memang aneh.

"Nazihah, apa kamu pernah bertemu ibu di mimpi?" Nazihah namaku, dan kakak menyebutnya pelan dan halus. Aku suka ketika kakak mengucapnya.
"Tidak penah," jawabku.
"Kalau kamu bertemu ibu di mimpi dan beliau mengatakan kepadamu untuk membuat kakak selalu tersenyum, lantas bagaimana jawabmu?" kakak tersenyum ketika menanyaiku tentang berandai.
"Aku akan membuat kakak tersenyum setiap saat, setiap kakak ingin tersenyum,"
"Maka dari itu, aku harus membuatmu tersenyum ketika kamu ingin tersenyum dan ketika kamu diharuskan tersenyum. Mungkin aku ingin membuat hidupmu lebih sehat. Tersenyumlah untuk ibu sekarang, Nazihah," kakak menyebut namaku dengan bergetar.
"Kakak, kakak mengapa menangis?" sepertinya aku melihat tetes bening di ujung mata kakak. Kakak menangis? Baru kali ini aku melihatnya begini. Sesedih apakah dia?
"Tidak, kata siapa kakak menangis," kakak mencoba tersenyum. Namun yang kulihat itu lagi. Air mata. Meski di sela-sela wajah tegarnya.
"Aku melihatnya sendiri, Kak. Katanya kakak ingin membuatku selalu tersenyum. Lantas, mengapa kakak malah menangis?"
"Tidak, aku tidak menangis. Sudahlah, cepatlah makan, pasti kamu lapar," seperti biasa, kakak selalu menyembunyikan hal-hal seperti ini.

Kakak berbalik untuk mempersiapkan makan siang untuk kami berdua. Aku dan kakak. Kita sudah hidup berdua saja semenjak ibu pulang ke tempat paling indah, dan ayah pergi tanpa memikirkan kesetiaan. Tapi, selama ada kakak yang tertegar di seluruh dunia seperti Kak Nakhla, hidupku tidak serupa dengan rasa sakit. Rasa sakit setelah ditinggal ibu. Ditambah keperihan tanpa ayah. Kak Nakhla lah sebagai ibuku dan sebagai ayahku.

Setelah dari kamar untuk berganti baju, aku menemui kakak ku di meja makan. Dari depan pintu kamar aku melihatnya tampak sedih. Mengapa kakak begini? Bagaimana mungkin kakak bisa membuatku selalu tersenyum jika dia malah seperti ini. Kakak kenapa?

Bersambung...

Kamis, 05 September 2013

After I Love You

"Lelaki yang berjalan itu adalah lelaki yang pernah ada untukku,"
"Dia?"
"Iya, namun sekarang dia untuk orang lain. Pastinya yang lebih pantas dariku,"
"Dari mana kamu tahu orang lain itu lebih pantas untuknya?"
"Haha, pikirku begitu,"
"Kok kamu berfikir seperti itu?"
"Bayangkan saja, dia bersamanya lebih lama daripada saat aku bersamanya,"
"Kenapa kamu melepasnya?"
"Aku ingin pergi saja,"
"Tapi kamu masih cinta?"
"Sangat..."

Setelah aku berhenti mencintaimu, aku lupa bagaimana cara membencimu. Untuk tidak mencintaimu saja aku gagal. Bagaimana aku bisa membencimu?

Aku yang menjauh darimu, tapi aku yang makin ingin padamu. Jangan pernah ke mari lagi, kamu sudah tak mencintaiku. Teruskan kepergianmu dan sekali lagi jangan menengok padaku. Aku pergi, sayang... Aku sudah tak mencintaimu! Setelah aku mencintaimu, aku makin mencintaimu.  

Senin, 12 Agustus 2013

Apalah Arti Gebetan

"Ah. Gue Cebel, maZak dia gAk peKa-pekA :( Gue NgeRasa Gak lAku AjjA di HadApaNd nyA. GuE beNerAn ChuKa AmHa diEya. aaaa"

Apalah arti tulisan di atas? Gue genius ya bisa nulis kayak gitu.
Setelah gue analisis tulisan bermoral tinggi di atas. Gue menemukan kalo pemilik tulisan tersebut adalah seorang nenek-nenek yang suka sama brondong 17 tahun. Si nenek-nenek itu panggil saja Tuminem dan di cowo brondong bernama Kevin Smith. Gue langsung pengen naik odong-odong setelah tersadar bahwa gue bisa menciptakan nama seindah itu. 

Cerita ini berjudul APALAH ARTI GEBETAN. Sebenernya ni ya kalo boleh jujur, gue pengen judulnya TUMINEM NGEJAR-NGEJAR KEVIN SMITH atau KEVIN SMITH YANG MALANG atau TUMINEM SEDANG JATUH CINTA atau TUMINEM NAIK HAJI LALU BELI BUBUR -.- *oke* Karna judul-judul kadaluarsa di atas terlalu mainstream gue ganti aja jadi APALAH ARTI GEBETAN. Ini lebih puitis daripada judul-judul yang lainnya. Lagi-lagi gue emang genius.

Lalu ada apa dengan status Fesbuk dari TuMinaeM IngienD DiciNdtaInya di atas? Kenapa sepertinya galau gundah gulana hebat halilintar puting beliung jeddddarrrr jedaarrr? Iyap, bener sopp.. Tuminem suka sama Kevin Smith tapi Kevinnya kagak cepet-cepet nembak dia. Tuminem ngerasa kalo Kevin suka nggak nganggep dia, Kevin jarang bales sms dia, Kevin gak pernah ngeLike status dia. Ini karena kevin kagak punya fesbuk. dikarenakan lagi karena kevin enggak bisa baca. dikarenakan lagi karena kevin kagak punya hape. dikarenakan lagi kevin jarang mandi. dikarenakan lagi karena kevin ngupilnya pakek sendok sayur. dikarenakan lagi karena kevin suka ngompol. dikarenakan lagi karena kevin belom lulus teka. dikarenakan lagi karena kevin itu goib. Hiii sereeeeem. Keviiiin....Keviiiin....

Udah 75 tahun Tuminem ngegebet Kevin Smith *lah, umurnya kevin berapa?*. Tuminem pernah rela-relain nggak makan, nggak beli baju, nggak ngasih THR ke cucu cucunya karena Tuminem ngebeliin pulsa kevin smith setiap hari. Lho katanya nggak punya hape? Kevin pake kompor sms an nya. Ngomong-ngomong, Tuminem itu sebenernya janda. Suaminya cerai sama dia setelah itu suaminya nikah lagi sama sahabatnya Tuminem. Nyesek nggak buat Tuminem? Nyesek kan nyesek!! Suaminya meninggalkannya dengan enam belas anak mereka. Kenapa anak Tuminem banyak? Karena dia salah KB. Dia ngiranya kalo KB itu kepanjangan dari KurangBanyak. Jadi maksudnya, jangan sampai anak itu kurang banyak. Harus banyak banget. Gitu. Trus dia make KB nya tuh dengan cara diblender dan dicampur dengan jus lumut, akar jati rebus, remason, obat panu, sendal jepit putus, upil mantan, potongan butuk ketek mantan, dan rasa perih ditinggal kawin lagi sama mantan. Tuminem emang radak tragis jika sedang serius.

Oke kembali ke Kevin Smith sang pujaan Tuminem..

"Kevin cakep, kamuH lagi apaH?"
"Lagi eeq"
"Sama siapa, cakep?"
"SENDIRI LAH BEGO! MASA BOKER LOE SURUH BAWA PAK LURAH, PAK RT, RW, EMAK GUE, BABE GUE, TETANGGA GUE?!!"
"Oh iyaya. Maap aku nggak konsentrasi nih, soalnya aku sering grogi kalo sms kamuH"
"Ya. Gapapa!!"
"Udah selese eeq nya?"
"Belom"
"Masih ngapain?"
"Ngeden ala rock and roll"
"Owh. Susah ya? Gede ya?"
"Nggak tau, nggak gue lihat"
"Yaudah. Lanjutin dulu, cakep"
"Yaaa"
"Udah, bebeb kevin sayankk?"
"Belom"
"Masih apa lagi?"
"Cebok"
"Buruan. Keburu laler2 pada nemplok!"
"MAKANNYA LOE SMS NYA UDAHAN DONK, KAMPRET!! TANGAN GUE CUMAN DUA. GIMANA GUE CEBOKNYA KALO ELO MASIH MAU AJA SMS LOE GUE BALES!!!"
"Yaudah. Bye bye cakeeep. I Lop Yu Pulll emuaaaach :***"
"...." 

Itulah bentuk sms sms dari Tuminem dan Kevin Smith yang romantis.

Kita langsung ke intinya aja ya, sopp, mas, mbak..
Because, my eyes sudah mulai menuangkan rasa rindunya kepada bantal gue yang unyu dan my sikils (baca : kaki) agak salah fokus.

Begini...
Kalo elo sebagai cewe ya. Kayak gue. Kan nggak gaul kan kalo elo yang nembak cowo duluan? Wajarnya kan cowo dulu yang nembak. Loe kan sebagai cewe hanya bisa ngasih perhatian, ngasih harapan-harapan, ngasih perasaan, ngasih tanda-tanda lah pokoknya kalo elo suka. Lah, si cowo enggak peka-peka. Akhirnya loe sama dia cuman bisa bertemu dan berpisah hanya sebagai sepasang gebetan. Ada sisi positif dan negatifnya dari cuman sebagai gebetan.

Positifnya nih : kalo cuman gebetan kan nggak jadi pacaran kan? Nah kalo putus nggak jadi mantan pacar kan? Kalo mantan gebetan iya. Soalnya kan samasama bekas juga.Tapi pastinya tingkat kenyesekkan dan kekurang ajaran dari seorang mantan gebetan sama mantan pacar kan beda kan? Mungkin menurut gue lebih biadab mantan pacar.

"Kamu udah punya pacar lagi ya?"
"Napa? Loe mau balikan lagi sama gue?"
"Em..kalo boleh sih iya"
"HAHA SORI YA MEN GUE UDAH NGEBUANG LOE DI TEMPAT SAMPAH MASYARAKAT SONO DEKET TERMINAL. GUE UDAH LUPA SIAPA LOE. MANA RUMAH LOE. SIAPA NAMA BAPAK LOE. DAN KAPAN TERAKHIR LOE NGUPIL!!!"
"Oke. Kalo cara kamu begitu aku juga bisa! Selamat bahagia aja sama calon mantan baru kamu! aku doain kalian berdua cepetan putus!!"
"wkwkwk~ Doa loe jelas banget kalo elo masih cinta sama gue. Basi banget men!!"
"Sudah cukup! ini sms gue yg terakhir. Loe gak bakalan ketemu gue lagi mulai detik ini. Karena gue udah minum Hapic yang gue seduh ama bensin oplosan!"
"See you.... :P"
*Inilah mantan yang benar-benar menunjukkan kemantanan pacarannya.

Sisi negatifnya : Loe kebanyakan makan harapan. Eh tau tau di doi udah punya pacar, punya gebetan lain, udah punya suami, punya istri. Nah loe? Hanya punya harapan yang kosong...song....song.... Tidur terlentang di perempatan jalan yuk..

Udahlah sopp.. Apalah arti gebetan.. Apalah arti pacar.. Apalah arti mantan..
Jodoh kan udah ditentuin sama Tuhan. Kita tinggal nunggu kapan elo sama doi akan dipersatuan *cieh bahasa gue*. Jangan risau. Tenang aja..

Pesan moral : Jangan boker sambil sms an. Ntar loe bingung antara bales sms atau cebok atau dua-duanya.

Dadah.. zZZZzzzz

Sabtu, 10 Agustus 2013

Carikan Aku Rasa Sakit! #2

Aku menemuinya lagi sore ini. Aku berharap tak menemukan lukaku kembali robek.

"Udah lama, nih?"
"Belum kok. Sepuluh menitan,"
"Hmm. Oiya, gimana sekarang hubunganmu?"
"Semakin membaik sih. Sekarang dia udah sedikit-sedikit nggak cuek sama aku,"
"Kalau begitu jadi bagus deh,"
"Semoga seperti ini terus. Aku nggak mau jika harus pisah sama dia. Aku sayang banget sama dia,"
=====
Kenapa? Kenapa kamu harus berkata seperti itu? Kenapa kamu rela merobek lukaku lagi? Cukup kau carikan aku sakit sampai di sini. Sebenarnya aku ingin pergi dan menangis sampai aku lelah dan tertidur di atas air mataku. Tapi aku sedang bersamamu yang tak mengerti rasa hatiku. Aku tak lebih dari angin lalu untuk hidupmu.
=====
"Iya. Semoga semakin baik," aku lelah berkata.
"Oiya, akhir-akhir ini aku lihat kok kamu lebih banyak diam dari biasanya? Kamu sakit?"
=====
Iya, aku sakit. Tapi kamu tidak tahu ini karenamu. Karena aku hanya angin lalu.
=====
"Eng...Enggak kok. Masa iya aku diem? Perasaanmu aja kali haha,"
"Ehm. Mungkin aja, tapi aku ngerasa kamu lebih diem gitu sih,"
"Enggak,kok"
=====


Dulu sewaktu kita masih anak-anak. Aku suka melihatmu tertawa. Entah mengapa aku kagum melihat deretan gigimu terlihat ketika kamu tertawa lepas. Menertawakan ibumu yang ngomel pagi-pagi karena kamu terlambat bangun. Atau tertawa melihat rambutku yang kau siram dengan daun petai cina.

Setiap sore jika musimnya layang-layang, aku selalu mengintip mu bermain bersama temanmu di hamparan sawah belakang rumahku. Sama, hanya ingin melihatmu tertawa lepas. Sudah selama itu separuh dari hatimu lepas dari mu dan pergi ke hatiku. Aku dan kamu masih sekecil itu. Tapi aku sudah merasakan kamu begitu perkasa untuk menjadi pendampingku.

Kamu pernah menggendongku ketika aku terjatuh. Aku mendengar engah mu. Aku melihat wajah lelahmu. Dan aku melihat ketulusanmu. Kamu dan aku masih sekecil itu. Sekarang aku menginginkan aku dan kamu menjadi kecil, menjadi anak-anak lagi, aku ingin merasakan ketulusanmu yang sekarang tak pernah kudapatkan.

Kamu juga pernah memberiku bunga kertas merah hati. Kamu tersenyum begitu bunga itu ada di tanganku. Kemudian kamu pergi dan kembali membawa sepedamu dan memboncengku. Kau bawa aku ke sana ke mari, melihat danau, beristirahat, memberi makan burung-burung dengan cuilan kue yang sengaja kau bawa. Aku merasa sangat engkau jaga. Sejak itulah aku selalu menganggapmu pangeranku.


=====
"Ferin, kita dulu pernah anak-anak ya?"
"Iya,dong"
"Kita sering jalan bareng. Kita suka boncengan bareng,"
"Hahaha iya, kita sering seperti itu,"
"Kita dulu lucu ya. Aku suka senyum kamu,"
"Iya, kita dulu lucu. Hmmm,"
"Tapi sekarang kita udah gede gini. Udah pada ngerti cinta. Dulu aku pernah ngasih bunga ke kamu, aku ngerti kalau kamu sahabat baik aku banget,"
Aku hanya tersenyum. Ternyata Zafan masih ingat kenangan itu.
"Ehm. Kok diem?"
"Hehe, nggak papa,"
"Kapan kamu mau punya pacar? Jomblo terus nih,"
"Kapan-kapan aja, aku lagi pengen fokus sekolah dulu,"
"O gitu. Iya, ya kamu orangnya dari dulu emang kayak gitu,"
"Iya.."
"Udah mau malem nih. Pulang, yuk!"
"Iya, yaudah kamu pulang dulu aku mau nunggu taksi ya,"
"Kamu sama aku aja. Lagian yang ngajak ketemu kan aku, masak aku ninggalin kamu,"
"Udah, nggak papa,"
"Alah, aku nggak enak sama kamu, ayo naik! Itung-itung mengenang masa kanak-kanak," Zafan memamerkan tawa beserta deretan giginya. Aku suka itu! Tapi yang dulu..
"Yaudah.." aku luluh.
=====

Carikan Aku Rasa Sakit!

"Sudahkah kamu bertemu dengan wanita yang kamu cintai?" tersenyum dengan maksud menyembunyikan perih yang menyembul.
"Belum. Namun aku rindu padanya"
"Kenapa belum?" sebenarnya aku ingin tertawa, aku senang. Tapi dia, seseorang yang begitu kucintai telah menyimpan keperihan di hati. Wajahku ikut sepertinya.
"Belum ada waktu buat ketemu sama dia. Dia cuek sama aku"
"Oh. Kenapa ada orang yang bisa cuek ya sama kamu hahaha. Aku saja hampir tidak bisa" tawaku renyah, maksudku memecah kesedihannya.
"Hemm. Aku manusia biasa" dia tersenyum. Kalau saja dia tahu. Aku merindukan senyumnya sebelum ini. Sebelum dia bersama wanitanya. Sebelum dia merasakan jatuh cinta. Saat dia masih merasa dia begitu muda.
"Apa kamu pernah merasakan cinta selain cintamu pada pacarmu sekarang ini?" Tanganku dingin. Aku masih tersenyum. Begitulah, hatiku masih teriris.
"Gimana ya" jawabnya datar.
"Ceritalah. Mungkin aku cocok menjadi teman curhatmu. Tenang saja, jika kamu mau menutupinya dari pacarmu, aku bisa" lagi-lagi aku tersenyum.
"Belum. Aku belum pernah mencintai seseorang selain dia dan ibuku. Dia cinta pertamaku. Dan dia sangat istimewa" dia kembali mengiris hatiku tanpa diketahuinya. Akupun juga bodoh. Mengapa bertanya seperti itu! Aku ini ingin mencari rasa sakit! Selalu begitu kalau sedang bersamanya. Namun mengapa aku betah? Entah..
"Jadi kamu ingin selalu menjaga cintamu untuk dia begitu sebaliknya?" ingin kututup sekarang mulutku. Dia hanya semakin melebarkan sakitku!
"Ya, begitu" cukup sakit jawaban darinya.

Kucukupkan sakitku sampai di situ. Terimakasih atas pencarian rasa sakit itu padaku. Aku memang tak pernah bersamamu. Aku mencintaimu setulus apapun. Jika bisa jangan sudahi cintamu kepada kekasihmu. Itupun jika perkataanku tidak munafik.

Senin, 05 Agustus 2013

Tak Ada yang Sakit

Perjalanan yang indah pernah aku lewati. Aku merasa bersamamu namun sekalipun kamu tak pernah merasa ada aku di sampingmu. Seseorang yang baik di matamu dialah yang memang baik untukmu. Aku cukup terhibur dengan semua kebahagiaan mu. Termasuk beritamu akhir-akhir ini.

Aku tak sakit biarpun kamu perlakukan aku seperti itu. Sekarang memang saatnya memahami aku berada di mana. Sangat penting jika aku jangan sampai muncul di berbagai sisi dalam hidupmu. Tapi, entah apa yang membuatmu begitu. Mungkin seperti katamu dulu. Kamu tak ingin memutuskan tali silaturahmi. Aku suka kata-katamu. Iya, aku tak ingin menyukaimu lagi.

Aku sempat pula terluka sebelum kamu ada. Namun sadarlah, setelah kamu datang, aku merasa aku tak pernah terluka sekalipun. Kamu penyelamatku meskipun sekarang kamu memerangi aku. Aku tak sakit, tak ada yang sakit. Aku anggap kamu sebagai seorang pemenang dan kamu kalah. Tidak! Aku tak memusuhimu. Hanya saja aku ingin menyingkir dari bahagiamu. Tapi kamu masih temui aku di dunia maya. Tak berarti apa-apa. Aku biasa saja melihat fotomu dan tak ada yang meloncat-loncatkan bilik jantungku. Antara aku dan kamu sekarang tidak ada apa-apa. Cinta yang pernah begitu melekat padaku untukmu sekarang entah ke mana. Aku sadar kamu sudah bahagia. Dan aku tidak sakit, aku juga bahagia :))

Mungkin ada yang hilang sedikit. Andai kamu sedari dulu mengembalikannya, aku sudah menyingkir sedari dulu. Meskipun bentuk kehilangan itu menyakitkan, tapi aku tak sakit. Sedikitpun. Iya, memang ada air mata yang meleleh. Itupun sedikit dan sebentar. Dan aku harus segera lupa kapan kamu terlepas dari hidupku. Aku kembalipun kamu tak butuh. 

Kamis, 25 Juli 2013

Akankah Kau Maafkan Aku?

Selamat pagi untuk kamu beserta keluargamu. Aku sudah cukup tahu dasar-dasar tentangmu. Tentang keluargamu, pekerjaan orang tuamu, dan kamu yang selalu diam. Apa yang terjadi antara kamu dan aku seolah-olah adalah hal paling berharga dalam hidupku. Aku pernah merasakan jatuh cinta sebelum aku mencintaimu. Namun mencintaimulah yang kurasakan begitu sulit terhapuskan. Aku cinta padamu dan aku beranjak pergi. Cukup berat langkah kaki menjauh, berharap kamu tak lupa denganku.

Jika dulu aku pernah mengatakan suka padamu. Dan kamu mengatakan hal yang sulit kucerna. Entah, maknanya sulit sekali kuartikan. Ada sisi yang membuatku begitu lebih bermakna dan ada sisi di mana aku merasa terabaikan. Oke, semua hak mu, dan aku hanya mengiginkanmu bebas.

Aku pernah meminta maaf padamu lewat pesan entah berapa kali. Itupun kau maafkan bahkan kamu tak tahu apa salahku. Akankah sekarang kau maafkan pula kesalahan ku? Aku merasa banyak melakukan hal yang tak kau ingini. Dan aku merasa gagal menjadi seorang pencintamu. Maafkan aku.. Dan setelah itu kau boleh marah padaku. Selama mungkin kamu mau.

Sekalipun lewat pesan singkat lagi, aku tak berani meminta maaf itu lagi padamu. Aku titipkan saja pada Tuhan di akhir sujudku dan kuminta temanmu menyampaikan permintaanku padamu. Terimalah.. Kalau kau mau aku segera pergi.

Sekali lagi, maaf jika aku masih saja mengorek tentangmu dan tentang keluargamu. Jujur saja, tadi malam aku bertanya banyak pada temanmu tentang keluargamu. Ternyata nenekmu begitu sayang padamu dan menginginkan yang terbaik untukmu. Apakah itu yang menyebabkan kamu begitu lugu tentang perempuan?

O iya. Aku menyukai muka malu-malu mu dan sangat benci dengan punggungmu yang semakin menjauh. Yang terasa, ada yang tertusuk ketika punggungmu hilang bersama langkahmu. Aku menutupi rasa sakitnya dengan menghela nafas, tersenyum, dan mengatakan semoga engkau bahagia dan diberi kesehatan olehNya. Meski lewat bisikan di hati. Cukup di hati dan dari hati. Maafkan aku, sayang..

Senin, 22 Juli 2013

Kalau Saja Aku tidak Jatuh Cinta

Tak usah kusapa di sini. Setiap hari aku menyapamu lewat kenangan. Lewat dahulu yang mungkin kau lupa atau merasa tak pernah berada dalam hidupmu. Aku sekarang merindumu...

Bukan perpisahan yang kutangisi, namun pertemuan yang kusesali ...

Entah itu lirik lagu ciptaan siapa. Hanya, aku merasa lagu itu menyengat di seluruh dinding jiwa. Aku lupa kapan aku harus segera melupamu. Kalau saja aku ingat, kamu sudah jauh dariku sedari dulu.

Kalau saja aku tidak jatuh cinta, aku akan menjadi wanita yang sederhana.
Kalau saja aku tidak jatuh cinta, kamu tidak akan merasa ada yang mengganjal dalam hidupmu.
Kalau saja aku tidak jatuh cinta, padamu, aku hanya akan mengenalmu seperti angin lalu.

Cinta ini tidak menyakiti, hanya saja terasa sakit untuk kugenggam sendiri. Aku berdiri sendiri dengan cinta ini, dan engkau berlalu bagai semua tulisan yang kutulis setiap waktu. Kamu pergi dan aku siap berdiri. Sendiri.

Iya, aku tak akan meminta kepada tuhan kalau kamu harus jadi jodohku. Aku merasa tiada setitik pun kepantasan jika aku bersanding denganmu kelak. Yang kuharapkan kamu punya wanita yang sangat lebih dariku. Amin.

Kalau saja aku mengenalmu tak jauh-jauh. Melupakan akan menjadi hal sederhana dalam hidupku. Tapi ini sudah terlanjur. Rasaku terlanjur menjadi pekat. Kalau saja aku tidak jatuh cinta, padamu....

Senin, 08 Juli 2013

Anak Kalem Mau Ngekos?

Ahhh, tiba-tiba gue masuk SMA? Ada apa ini? Kenapa waktu begitu cepat? Doraemon, loe ke manain mesin waktunya? Gue mau muter ke masa-masa gue TK. Gue mau flashback keunyuan gue.

Hah, seperti apa bau-bau SMA? Kayak bau keringet kah? Kentut kah? Ayam goreng kah? Rasanya pengen balik aja ke TK, biar gue bisa setiap hari nyanyi BALONKU ADA LIMA dan PELANGI-PELANGI tanpa disorakin "ORANG GILA....ORANG GILA...". Hapus dari ingatan loe yang ini, daripada loe muntah-muntah.

Oke, gue udah SMA, udah gede, udah bisa mandi sendiri meskipun kangen pengen dimandiin ibuk gue. Gue coba hapus keinginan gue itu dari relung hati gue yang paling dalem. Hapus...hapus...hapus....

Gak kerasa juga gue udah segede ini. Gue masih inget ketika gue TK main Ular Naga Panjangnya...bla...bla..bla... Gue lupa liriknya -__- Yang buat gue galau setengah kayang waktu itu adalah, gue harus milih jadi sambungan ulernya siapa. Yoga atau Yogi? Kedua anak belum beranak itu bener-bener memiliki kemiripan wajah yang sama waktu gue masih TK. Gue kagak bisa bedain mana Yoga mana Yogi dan mana Pardi. Oke, yang Pardi cuekin aja ^___^ Waktu gue ketangkep, pengen rasanya menanyai mama mereka berdua (yoga, yogi, tanpa pardi) dengan pertanyaan yang lantang dan keras sambil kayang. Kaya gini nih ....

WOEEYY, BUK! KALO BIKIN ANAK JANGAN MUKANYA SAMA GINI DONK! GUE JADI BINGUNG MAU NIKAH SAMA YANG MANA!!!! *Ka...ka...kabuuuuurrrrrrrr!*

Sudah ya, waktu TKnya -.- Gue udah SMA, kagak baik ngomongin masa lalu gue yang terlampau unyu itu. 

Gue udah SMA? Gue pilih sekolah yang jauh? Kata bapak gue 36 km dari tempat gue membaringkan badan sejenak untuk melepas lelah *lebayyyy*? (-___-?//) Gue harus ngekos? Nggak harus sih, tapi kalo mau hemat waktu yaaa ngekos enaknya =__= Iya, gue harus ninggalin untuk beberapa waktu orang-orang yang setiap hari bikin alis gue copot menyatu. Dadaggghhh :'(

Gila, anak kalem kayak gue ini *uhuk* mau ngekos? Apa kata fans sejati gue? Apa kata fans musiman gue? Apa kata fans fanatik gue? Apa kata orang yang semuanya harus gue terima dengan lapangan dada, kagak ada yang ngefans gue? Gue sangat amat rindu sama kalian semua *nyambung nggak?*

Dengan keadaan gue yang hampir ngekos ini, gue persiapin segala sesuatunya. Awalnya tanggal 5 Juli 2013 di Indonesiaaah pukul 10 telat dikit agak banyak, gue sama temen gue sebut aja Nawa dan gue kagak punya nama, memutuskan untuk REUNI MINIMALIS. Kenapa namanya itu? Karena reuninya cuma orang bertiga, dan selang waktu tidak bertemunya baru satu minggu kelewat empat hari. Reuni ini memang indah banget, sopp...

Pertama..
Baru sampe sudah disuguhkan dengan sepiring agar-agar warna pink. Uwuuuu. Dan sebotol pipis kudanil air putih, secangkir sirup warna merah. Wuuuaaaa. Maaf, gue kagak bisa sebut merek sirupnya, karena gue emang nggak tau. Nggak lucu juga kalo gue tanya merek sirupnya, apalagi beli di mana, belom lagi harganya berapa. Gue kagak siap dapet jawabannya. Iya, bener.

Kedua..
Kita foto-foto bareng buat kenang-kenangan. Dan ini menurut gue indah. Bener, indah. Bukan IDP. Buka..nnn... Buka....nnn.. Inidia cuplikan foto-fotonya..
 Harmonis sekali mereka ini :3
 Duh, mirip. apanya?...Bajunya... -__-
Kita bukan sedang mesum, tapi...kita sedang tak tau arah jarang pulang... Aku tanpamu, tai kudanil..

Itu fotonya berdua-berdua. Cause, kagak ada potograper *___* Kita belom tau kalo Adeknya temen gue, difta, punya kelebihan tersendiri dari kekanak-kanakannya. Selain dia jago pipis sambil duduk, dia juga bisa memfoto. Iyeiyelah -__- tinggal pencet tombolnya aja gampang kan? Nenek-nenek twitteran juga bisa -__-"

Ketiga..
Tanpa ada nafsu tertentu. Dalam keadaan diam-diam, bokapnya Difta beli mie ayam. Dan kita bertiga kecipratan kuahnya aja keindahan dan kebahenolan mie ayam yang dibeli dengan sukarela oleh bokapnya Difta. Langsung gue salto sambil bilang kalo bokapnya Difta ganteng benerrr.
Sungguh mulia sekali tindakan ini. Awalnya gue sama Nawa yang punya niat ketemu bertiga tanpa makan-makan asalkan bisa kumpul, kini berganti niatnya dengan istimewah. Muehehehe serasa keunyuan gue bertambah derastis ketika gue pasang muka malu-malu en sok-sok an nolak waktu disodorin piring ber-mieayam. Biar dramatis aja gue sama Nawa nolak-nolak gitu, dalem hati sih "WAH INI BENER-BENER SOSWIITTT, GUE SENENG BANGET. GUE BAKALAN KE SINI TIAP HARI, AH". Perkataaan hati yang biadab.

Setelah menyantap mie ayam sepiring-piringnya, kami pun (gue sama Nawa) basa-basi dikit trus pulang ke asal muasal kita. Nggeeenggg...Nggenggg... Bunyi motornya nawa bareng sama gue yang unyu ini.

Beranjak hari demi hari berlalu, gue punya niat untuk LATIHAN NYUCI BAJU MANUAL DALAM TINGKAT DEWA. Tingkat dewa apanya? Bajunya itu loh banyak. Menurut orang-orang yang biasanya nyuci pake tangan sih itu baru dikit, dikit banget. Tapi menurut gue... Yang biasanya nyuci dikit-dikit, kalo nggak terpaksa ya gue kagak nyuci sendiri, kadang cuma anu doang yang gue cuci, yang lain sama mesin cuci gue yang kadang unyu kadang kampret. Tindakan terpuji ini gue lakuin semata-mata untuk latihan fisik biar gue kagak kelabakan pas di kos nanti kalo baju-baju kotor pada numpuk udah segedung pencakar langit. Yang seharusnya gue lakuin kalo kalo kejadian kampret itu terjadi adalah gue segera mencucinya dengan hati ikhlas dan penuh semangat. Kalo temen gue mau nyuciin sih, itu tindakan emejing banget. Bakal dikasih penghargaan adipura dari pemerentah *oke, ini kagak nyambung*. Gue kagak bisa pingsan, sesak napas, ayan, apalagi pengen bunuh diri melihat bahwa kejadian itu terjadi. Itu mimpi buruk gue, jangan sampek terjadi, Tuhaaaaaan.

Gue nyuci dengan khidmat dan khusyukkk. Tibatiba gue kebelet boker. Entah bagaimana keadaan gue waktu itu. Gue ngerasa kalo hidup gue nggak ada gunanya kalo gue kagak keluarin sisa pencernaan gue, iya, tinja gue. Hah, kamar mandi masih dipake ibuk gue. Gue suruh out doi nya kagak mau. Malah marah-marah ke gue. Dalam keadaan ini gue cuman bisa pasrah dan memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa semoga gue kagak kebablasan. Uh, Ibuk gue asik mandi tanpa rasa kasian ke gue. Tanpa gue ngaca, gue udah tau kalo muka gue emang memprihatinkan. Gue udah nebak dan memastikan... Gue pasrah menerima cobaan ini. Gue kagak nangis..

Apa kalo dikos nanti gue bakalan kayak gini? Atau lebih bejat lagi?
Semoga aja nggak. Semoga pintu kamar mandi atau WC selalu terbuka untuk gue. Selalu setia menemani gue. Meskipun gue udah cinta sama kamar mandi, WC, atau jamban sekalipun, gue kagak bisa ngajak mereka makan. Kagak enak hati gue. Belom lagi kalo ada bau-bau menyan salah fokus di sana. Tidak bisa...tidak bisa....
Duh, jambannyaa.. Gemesssss deh (\\*___*\\?)

Anak kalem mau ngekos? SIAP AJAH, TANGGAL TUA ADALAH HAL YANG PALING MENYERAMKAN DARI MUKA LOE SENDIRI! CAMKAN BAIK BAIK! KALO BISA CATET!!!!

Bonuss..
hahaha
 Begitu terkhianatinya tementemen gue atas ulah gue yang ngecut foto ini. Cori yah :*
 Jangan ditebang...jangan ditebang...Jangann..ngan...ngann...
Kemlesetan otak kite nih, bikin kite lupa jalan pulang. Alhasil kayak gini. Naudzubillah...

Rabu, 03 Juli 2013

You Came My Dream

Dear, I miss you again. Sorry, I much harm your life. Now, I go away  from your sweet life. Bye..

Aku pastikan tidak ada bunyi tik..tik lagi dari mataku. Aku berhenti menangis ketika engkau di hadapanku dan beranjak pergi, selalu pergi. I don't know, you hate me or you shame meet me? Whether i must say "sorry" again? Okay, SORRY..

You came my dream tonight. I happy, very happy. You?

Malam itu kamu benar-benar manis seperti biasanya. Kunikmati mimpi itu dengan sangat seksama bersamamu. Indah memang. Namun setelah itu aku lupa segalanya tentang mimpi itu. Tak apa, setidaknya aku dapat melarutkan rinduku. Meski sebentar.

Your smile is extraordinary for my life. Save your few smile for me. I come to meet you again a while longer. Okay?

Selayaknya pangeran tampan dari kerajaan. Kamu seperti itu, tampan. Tak terbayangkan jika hatimu seperti itu. Nothing, i just talk about your sweetest face.

Thanks for anything your goodness for me. Your smile which you make and give for me, it is very beautiful for my day. Walk together your future to achieve it!

Aku baru saja mengatakan ini di FB ku :

//(^__^//)

When i tell about you in my everything i have, you never know. When i sad because i no yet see you today, you ignore me with your smile that you save in your silent. You know that, i will think i and you never separete because you always in my heart.

Welcome your new life without me, dear. Fight to your future. I pray for you everyday. No, i never say "i love you" again, but "i miss you" always spoken from my mouth, no! my heart..

Bye, see you...

Minggu, 30 Juni 2013

Ada Hubungan Apa Di Antara Mereka?

Awalnya gue biasa-biasa cuek-cuek aja sama presenter Benny Dermawan. Iya, itu makhluk biasa bawain ember buat gue mandi acara Redaksi Siang *gue kagak paham Redaksi yang mana, yg jelas yg di trans tuju jamnya pas mau dhuhur*

Lama kelamaan gue ngerasa kok gue jadi nyaman kalo lihat dia *uhuk*. Bukannye naksir, tapi dia mirip sama adek kelas gueh. Bener, mirip. Terutama hidungnya. Jah, gue jadi semangat nungguin tu presenter nongol. Tapi gue mesti ati-ati *ayamnya ayamnya* ntar gue digebukin pacar atau bininya. Kan berabe urusannya, gue yang unyu ini bisa benyok digebukin sama orang yang sama sekali enggak gue kenal. Harry.... Tolongin gue plissssss

BUKTINYA INI!
Fotonya kaka Benny gue ngambil di kaka bugel ganteng. Kalo tuh fotonya adek kelas gue yang namanya terpampang unyu kayak orangnya *ehem* gue rampok dari temen gue. Duuh, unyu-unyu maling!

Gilee tuh, lengkung rambutnya sama, hidungnya apalagi. Ada hubungan apa di antara mereka??
Sebutan saudara seperti apakah buat mereka berdua ini? 

Gue nggak habis pikir. Makan apa ya mereka kok bisa mirip begitu? Kalo misalnya ni gue tau mereka makan apa, gue bakalan ngikutin mereka nelen gituan. Ya biar gue mirip sama Luna Maya (-___-)?

Apakah si Arga sadar kalo dia mirip kaka Benny? Begitu pula sebaliknya. 

Duh senyumnyaaah (^.^//)

Menurut pemikiran gue dari jaman Indonesiaaah belom merdeka sampek Indonesiaaah didatengin arwah dinosaurus, mereka (benny dan arga) sangat mengedepankan peri keunyuan dan peri kegantengan. Buat mereka dua peri tersebut, yang ketiga Tinker Bell, harus mereka junjung tinggi-tinggi. Sebab peri tersebut penting untuk masa depan *dan masa lalu* mereka. 

Entah apa hubungan yang sebenernya mereka jalin *uhuk, Harry aku tetep lop yu*, ntar gue tanyain sama Nyi Roro Kidul (-___-"). Buat gue semoga dengan kemiripan mereka, mereka bisa sadar kalo di dunia ini keunyuan bukan untuk dinikmati kalangan orang-orang tertentu saja. Mereka punya hak untuk mengumbar keunyuan mereka masing-masing di antara kaum-kaum yang hambar *ehem*

I always love you, Harry *gak nyambung ya?-__-* 

Rabu, 26 Juni 2013

Selamat Berjuang Teman-Teman

Silih bergantinya hari memasukkan kita secara paksa pada pahitnya perpisahan. Harus ku akui, perpisahan ini pahit walau sebenarnya kita harus berpisah untuk menggapai berlian di depan mata. Aku, kamu, dan kita belajar bagaimana merasakan pertemuan dan perpisahan, lagi. Teman-teman..

Seperti selayaknya air yang mengalir. Kita harus mengalir sendiri-sendiri dan ada yang masih bersama. Kita tetap teman meski jarak membentang //(^__^//) Semangat, Kawan!

Suatu hari disaat mentari belum terlalu tinggi. Kita bersama-sama menyaksikan indahnya pagi di sekolah. Naik angkot, naik motor, diantar orang terdekat, dan berjalan kaki. Kita sama-sama bertemu di tempat setelah kita bangun dari peraduan. Aku memahami banyak teman yang datang dan datang. Aku memaknai kalian pelangi...
Hai, Teman, dulu kita tertawa dan berduka bersama. Banyak cerita yang mampu kita ubah dan pertahankan. 

Ada di antara kita yang harus hancur karena bebannya, karena musuhnya. Namun kita bersahabat. Kita punya cerita dan kita bisa bercerita. Kini waktunya untuk kita mengenang cerita dan mengenal perpisahan.

Kemesraan kita enggan berlalu dari kenangan. Kita berhak selamanya menjadi kawan.

Tak lepas dari perjalanan kita selama ini. Menepis segala lara yang tersurat dan tersirat. Tak pernah kita berlari sendiri meskipun harus sendirian. Kita bersama-sama dalam mimpi dan khayalan kita masing-masing. Kamu yang kusayang, selamat berjuang...

Kita berada di bawah, namun angan dan harapan kita menggantung di langit.

Kita tuntaskan cita-cita kita di sekolah ini. Kita rebut asa di sekolah baru. Entah bersama entah sendirian. Yang penting kita berjuang, untuk orang tua, guru kita, orang tersayang, bangsa dan negara, agama, dan diri sendiri. Kita tetap berjalan seperti dulu, teman-teman. Selamat berjuang untuk kita dan semuanya. Kelak kita akan berhasil dan tersenyum bahagia. Aku, kamu, dan kita...

Malam Ini Rinduku Kembali Membahana

Tersisip rindu di antara purnama yang berseri. Bulan tersenyum sembari aku menikmati pahitnya rindu seperti ini. Kamu, di sisi hidupku. Kamu, rasa yang belum pudar dan melewati batas kadaluarsa. Sampai pada satu titik ketika aku harus melupakanmu secepat dan sekuat mungkin, aku lakukan.

Malam ini, khusus kutulis untukmu. Ada sebait rasa yang entah aku tak mengerti maksudnya. Dia hadir dan menghilang tanpa sebab. Memasuki sisi terpahit yang kualami. Kamu dan semua rinduku. Malam ini membahana hebat. Maafkan aku...

Kamu sudah tidur, manis? Semoga tidurmu nyenyak. Semoga kau tak memimpikanku sedetik saja. Aku tak mau kamu ingat aku. Sakit berkata seperti ini. Namun tak apa, aku rela.

AS, nama mu yang kusingkat.

Masih ingat ketika kamu dipaksa foto oleh temanku? Sebetulnya itu mau ku. Tak jelas maksudku, namun itu yang kumau.

Yang tersurat dan tersirat darimu dan untukmu selama ini, aku faham kau tak pernah mengerti. Tak pernah mengerti mengapa kamu sekuat ini dalam hidupku. Kau jalani apa yang seharusnya kau jalani dengan begitu manis. 

 //(^____^//)

Aku tahu kau naik kelas, kan? Selamat, ya?
Dari dulu aku tak pernah tahu berapa nilaimu dan seberapakah kemampuanmu. Bagiku tanpa aku tahu dari raportmu, kamu sangat hebat. Selama aku mencintaimu, apapun yang ada di kamu, semuanya hebat.

Termasuk malam-malam seperti ini ketika kamu sudah tertidur dan aku masih menghirup sepi, khayal, kenangan, dan rindu yang merobek ulu hati. Kamu sangat hebat menciptakan suasana seperti ini. Tuhan punya banyak cara untuk mengingatkanku kepadamu. Menganugerahkan rindu yang membahana di malam ini. 

Selamat tersenyum..

Minggu, 23 Juni 2013

Gadis Penarik Dokar

Ini cerita sehabis gue piknik ke Dayu Park Sragen. Iya gue piknik. Naik mobil sama bapak, ibu, adik-adik, dan peliharaan gue, sendal jepit. Gue sempet kebelet boker pas mau berangkat ke sana. Berhubung tuh boker PHP-in gue (lagi) jadi gue gak jadi boker. Kapan gue berhenti kayak gini? Gue udah gak tahan! bener!

Sampai di sana sebenernya tujuan dari adik-adik rombongan kami itu adalah mau renang. Yang lain cuekin aja. Pertamanya sampe ke sana, gue turun dari mobil. Inilah kegiatan paling penting. Dijamin tanpa kegiatan ini, gue gak bisa ikutan naik dokar. Iya, sehabis turun dari mobil, kita ngelihat ada kuda berkulit putih pakek behel *abaikan ini*. Bapak gue inisiatif naik maksudnya naikin kita (ibu gue, adek gue 2, dan pastinya gue yg terpampang unyu) ke dokar. Ongkosnya cuma 12 ribu satu dokar jalan-jalan sekitar daerah Obyek. Keluar sedikit lalu telan.

Sepanjang jalan ibu gue kepo. Tanya ini itu nggak tau kalo gue nggak mood ngomong. Gue tau, bukan gue yang diajak bicara, pokoknya gue gak mood ngomong, titik!!!!! Dia tanya sama tuh kusirnya yang masih mbak-mbak.

Ini dia percakapan ibu gue dan mbak penarik dokar yang gue samarkan namanya menjadi EMPING, daripada UPIL kan lebih sopan emping. Cerdas banget ya gue. Gila, si Emping girang.

Ibu gue : Setiap hari mbak di sini? *kita mulai ke-kepoan ini hahahaha*
Emping : Hari libur saja *oke bakalan gue jawaaaab*
Ibu gue : Udah nggak sekolah apa masih sekolah to, mbak? *dengan mimik muka persis presenter acara @Show_imah, iya, soimah sendiri*
Emping : Masih sekolah *bayangin nanti kalo jadi dokter*
Ibu gue : Kelas berapa? *tebak tebak kelas berapah anak-anak?!*
Emping : Kelas tiga *noh gue jawab!*
Ibu gue : SMP? *APAHHH??!!*
Emping : Iya *sorry gue sibuk jadi gue cuek*
Ibu gue : *SERIUS LOE! LOE JANGAN BO'ONGIN GUE YA. GUE INI LEBIH TUA DARI LOE! BAHKAN ANAK GUE YANG UNYU DI SEBELAH LOE ITU LEBIH TUA DARI LOE. KALO LOE BO'ONG BERARTI DOSA LOE DUA KALI LIPAT! OKE?* Di mana sekolahnya? *alhamdulillah ibu gue kagak bilang gitu :3*
Emping : SMP 6 *eeekk, gue kagak ngerti*
Ibu gue : *mikir* Kepala sekolahe wedok?
Emping : Iya *gue sibuk loe tanya terus? haaa?*
Ibu gue : Guru matematikanya siapa? *semoga dia semoga dia semoga dia!!!!!*
Emping : *gue lupa dia sebut sosok siapa, pasti bukan Ki Hajar Dewantoro, bukan juga Jupe, Depe, atau Agung Hercules. Semuaaah salahh!!!*
Ibu gue : Ko bisa mengendarai kuda dilatih atau.... *gue belom selese ngomong, mping!!!*
Emping : *memotong pertanyaan ibu gue* Bapak *wooooy!! apa maksud loe bilang bapak?*
Ibu gue : *entah ngomong apa gue lupa, kita hentikan ke-kepo-an harmonis ini ceman-ceman!*

Pertama setelah gue ngedengerin ke-kepoan ibu gue. Gue ngira kalo bakal ngangkat Si Emping jadi anaknya. OKEH KALO BEGITU KITA PUTUSSS!!! Salah, Ibu gue ternyata cuman tanya. Tanpa ada maksud tertentu, dia cuma tanya. OH ALHAMDULILLAH...

Pesan dari cerita ini : Kita orang yang berada *eeeaaa* seharusnya mampu melihat ke bawah. Melihat dia, saudara kita yang bekerja keras membantu orang tuanya. Meringankan beban berat keluarga. Waktu luang digunakan untuk hal yang sedemikian indah dengan mencari uang dengan cara yang begitu halal *halah*. Cerita Emping Si penarik dokar memberikan gambaran nyata kisah anak yang dengan ikhlas membantu orang tuanya. Kenapa gue ngomong gitu? Karena dia bilang dia asyik bekerja seperti itu. Subhanallah...

Gila, kata-kata gue heboh banget. Gue emang cerdas.

Setelah kejadian dengan Si Emping kita cemuah cap cuzzz berenang. Dadah Bye :))

Jumat, 21 Juni 2013

Cerita Horor Suatu Pagi

Dimulai dari tadi malam, 21 Juni 2013. Eeaaak, emang horor banget. Sumpah! Bukan mak lampir TK lagi, bukan pocong kepleset, bukan kuntil anak botak, bukan tuyul copot kolor, bukan gue yang dapet pacar. Iya, gue gak punya pacar.

Kita mulai aja yuuukk!

Malem itu entah jam berapa gue tidur, emm tepatnya masang diri di atas ranjang. Iya, di atas ranjang. Dan loe harus percaya. Sebelum tidur gue sempetin dulu buat nangis. Gila emang, tapi gue cuma pengen nangis. Gue galau banget. Gue bener-bener kudu pisah sama gebetan gue. Iya, dia gebetan bukan pacar gue atau pacar mamah gue. Enggaaak -.- Gue masih sayang banget sama dia, bener, suerrr. Dapetin dia juga sayang sama gue itulah cita-cita gue setelah jadi orang sukses yang halal dan beli hape merek WC full jamban.

Gue inget kapan kita pertama ngomong bareng. Waktu gue sms dia begitupun sebaliknya. Waktu gue sempet-sempetin bangun pagi trus berangkat sekolah pagi-pagi buat barengan sama dia *eciiie*, waktu dia belum dateng, gue tungguin dia di depan gerbang. Cuma pengen lihat dia senyum malu-malu ke gue. Waktu dia minta bantuan bikinin teks pidato ke gue. Waktu dia minta duit ke gue *yg ini abaikan, titik*. Waktu dia ngambil itu teks ke kelas gue yang ada di lantai atas. Dia relain buat malu-malu. Ini paling ehem, dia jabat tangan gue. Gue suka banget tangan dan keningnya. Suka banget! Sampe-sampe mandi pun tangan kanan enggak gue mandiin *well, abaikan juga yg ini*. Waktu kelas gue nyocokin ulangannya kelas dia. Gue pengen nangis aja ngasih lembar jawaban dia ke temen gue, cewek lagi. Gue ngerasa gue nggak bisa jagain dia. Kalo aja ituh kertasnya yang bawa gue, gue bakal kasih nilai SEPULUH BULEEEET. Waktu dia sama AndiMoet ke kelas gue minta bantuan gue buat nyelesain remidi IPA-nya. Gue emang kelihatan bego banget. Masa satu soal nggak bisa-bisa. Padahal kalo gue kerjain tanpa dia di sisi gue *ehem* pasti belum ada 5 menitan udah kelar. Naaah ini, entah berapa jam o,O

Ehemnya lagi, gue pegang tangannya (lagi), pegang pensilnya, pegang bukunya yg gambarnya zebra, tapi ini di sesi lain. Semua itu istimewah banget buat gue, kayak cibicibi -___-

Selesai ngibulnya... *tapi di atas aktual tajam terpercaya nyata tiada rekayasa sukasuka saya, oke*

Udah gitu malemnya waktu gue bener-bener tidur, gue mimpiin 3 cowok dalam satu tubuh, dalam satu muka. Bayangin, hororkan? Ada si Arga, Yoga, sama Inget2 siapaaa ya? Itu nama asli, sumpah, tapi yg ketiga nggak gue sebutin. Gila kalo beneran gue sebutin. Yang pasti bukan Ery, bukaaaaaan -__-

SUNGGUH MALEM YANG NYESEKKKK

Gini subuhnya, tepatnya bukan subuh lagi. Mataharinya udah tinggi woooy! Gue belom sholat subuh lagi. Dosaaa lagi deh -__- Akhirnya gue sholat dalam keadaan udah telat. Pikiran gue cuman : Lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Moga-moga enggak gue terapin waktu gue pengen sholat dhuhur tapi udah waktu magrib -___- Semoga gue kagak bego -..-

Horornya adalah...
Waktu gue sholat subuh, gue kepengen boker, iya boker. Gila -_____- Giliran udah selesai sholatnya, gue udah kagak kepengen tuh yang namanya buang hajat. Jadilah boker PHP-in gue. Emaaaakkk, gue diPHP-in, sama boker LAGIIIIII :'(

Berhubung gue udah gak kepengen boker, akhirnya gue tidur lagi. Dan alhamdulillah, waktu gue tidur gue kagak boker, alhamdulillahirrobilalamiiiin. Gue bener gak bisa cerita ke bapak gue apalagi ke temen-temen gue kalo gue boker waktu tidur. Bener-bener gak bisa, Sobbbb, Gakkkk bisaaaaaaa =____=

Gue udah tiidur pulessss pulessss pulessss pulessss mulesssss eeeeeakkkkk -...-

Dalam kepulesan gue itulah gue nemuin hal horor lagi. GUE DIPAKSA BANGUN BUAT JEMPUT IBU GUE DI PEREMPATAN JALAN GARA-GARA KELAMAAN NUNGGU BIS AKHIRNYA KEBELET PIPIS. Eeeeaaaakkk salah apa sih gue? 

Gue putusin hubungan gue sama Harry, enggaaak gue nggak bisa. Oke, kembali ke kebelet pipis *abaikan*. Dengan keadaan mata masih belekan gue ambil baju gue, waktu itu gue gak pakek baju *well, abaikan yang ini juga*. Gue pake tuh baju, tibatiba ibu gue udah dateng aja dalam keadaan numpang bonceng orang lain. Bukkk, BBM naik, Bukkk! masih aja gonceng orang lain! *yang goncengin motornya, Go', bukan bensinnya -..-*. Alhasil gue gak usah buruburu ke perempatan tapi gue tetep nganterin balik lagi ke perempatan. Balik ke rumah kan cuma mau pipis. Untung rumah gue gak lari, jadi gak usah rela-relain ngejar2 dan pipis di jalan dalam wujud sedang mengejar-ngejar rumah sendiri.

Ya, lanjut. Posisi gue udah tancap gas tuh, nah di jalan ada temen adek gue. Gue udah ngarahin ke sana eh dia ikut-ikutan. Spontan gue bilang "Loe tuh kayak peribahasa BAGAI AIR DI ATAS DAUN KOLOR ehem KELOR! kagak punya pendirian ya, Loe!" Bukan hati gue yang bilang kayak gitu. Gue juga gak bilang kenceng-kenceng. Yang bilang adalah jiwa raga gue yang unyu ini, barengan sama ibu gue, kita emang sehati *gambar hati*

Untung aja kagak gue tabrak tuh tuyul! (//-____-\\)

Ceritanya udah kelar yang nganterin ibu gue. Gue balik ke kayangan gue. Gue lepas baju *setelah lepas gue masih pake baju, gue ajaib*. Kini gue mikir, dalam keadaan setengah tidur, belek penuh, upil belom gue bersihin, muka masih unyu ternyata gue bisa naik motor. Gue hebat *langsung bayangin apa yang mau dikasih ke gue dari bapak presiden Indonesiaah* Setelah itu gue bingung mau ngapain. Hari Sabtu gue udah ngerti acara tivi nggak sehati sama mood gue. Gue pengen hari senin selasa rabu kamis jumat! Kembali-in!! Gue memutuskan buat nonton tivi juga akhirnya meskipun hari ini bukan hari senin. Gue lihat tuh acara di trans tujuh, Fish and Chef (baca aja : fis en sef) Gila, ini horor lagi. Shuting nya di tengah jalan, brooo. Udah kehabisan ide kayaknya tuh. Halah, sini gue kasih tempat. Di jamban sambil masak kayaknya unik tuh. Sono aja ke jamban. Masih aja di situ, bosen idup loe *ngomong sama presenternya*. Kalo aja gue punya baygon yang rasa jAruk gue bakal telen tuh. Alhamdulillah gue gak punya, gue selamet mueehehe*ngakak bayi kudanil*.

Buruburu gue matiin tuh presenter ehem tivi. Wifi di rumah gue nyalain, nyalain laptop, update status alay "Gu3 g4L4uW b4n9eDt p4Giee n1eeHc". Oke, yang itu abaikan!

Gakpapa, walaupun pagi ini gue udah nemu yg horor-horor gue tetep bersyukur alhamdulillah gue nemuin hari kayak gini. Unyu banget o,O iya gue unyu -____-

Salam salam buat gebetan gue. LOE BAIK-BAIK YA TANPA GUE. DIJAMIN LOE BAKAL GAK MALU-MALU LAGI KAYAK WAKTU LOE DEKET SAMA GUE. GUE UDAH GAK BISA NUNGGUIN LOE DI GERBANG SEKOLAH. TAPI GUE TETEP JAGAIN LOE DARI SINI. GUE SAYANG LOE *ngomong dalam keadaan ngupil* KALO GUE SMS BALES YA. KALO GAK PUNYA PULSA MINTA AJA KE GUE ENTAR GUE UTANG-IN, BENER. KURANG BAIK APA COBA GUE INI? :***

Selasa, 18 Juni 2013

Hidup Seperti Belalang

Tau belalang? Makhluk mungil macam ini memang enak kalo dibahas kali ini. Gue juga udah mulai laper. Et...et...et... Gue gak ngebahas soal aneka masakan belalang ala chef muto, ya. Gue mau ngapain ya? Jadi lupa.

Inget...

Lupa lagi...

Inget...

Bahasan gue kali ini tentang hidup seperti apa yang dimiliki om tante belalang unyu yang satu ini.

(Sumber : Kaka Bugel ganteng)
Beyayang-nya unyu. Untung nggak ketuker ama foto gue.

Gini gue jelasin. Lihat tuh belalang unyu yang keunyuannya sebelas lima belas ama gue. Dia punya sepasang kaki, berarti dua dong. Okedeh gue nurut. Itu dua kaki yang panjang. Yang biasanya ada durinya. Tapi gak kayak duri duren. Yap! tau kan? Cerdas banget deh, gue kasih cium jauuuh :*

Kedua kaki itu mudah copot (bahasa kerennya lepas) dari badannya. Owuuuh... Co cuuit *apanya ha?* Hehehe salah ekspresi jadi maluuu. Owuuuh... Tragis banget sih. Udah jangan nangis, gue ngerti kok.
Kembali...
Kaki itu biasa dia gunakan untuk melompat. Tau melompat? Nggak tau? Loe bukan pangeran sih. Kalo pangeran kan berarti loe pernah jadi kodok. Na, kodok kan bisa lompat. So, loe bisa ngerti apa itu MELOMPAT! 
Tapiiii apakah Pangeran William pernah jadi kodok? Ah, itu rahasia keluarga.
Kembali...
Ketika sepasang kakinya hilang, lepas, atau dilepasin. Pastinya dia nggak bisa melompat lagi, kan? Na, apakah selama-lama-lama-lama-lamanya dia gak bakal bisa bergerak dari tempatnya kini? Ohh tidak! Dia masih bisa berjalan, bahkan kalo udah punya sayap dia bisa terbang. I BELIEVE I CAN FLY .... So, co cuitt kan?

Kita sebagai manusia bisa menyontek belalang, iya menyontek! Bayangin aja, kapan loe pinternya kalo nyontek mulu? Kayak gue dong cerdas. Satu hal, cerdas itu beda sama pinter. Ntar gue terangin bedanya apa, tapi bukan sekarang, bukan sekarang, bukan sekarang, udah jangan ganggu gue :3

Begini legendanya...
Kita sebagai manusia yang berperi kemanusiaan dan berperi keadilan bisa beli buku UUD 1945 yang harganya seribu rupiah dan hapal dasadarma pramuka bisa meniru hidup seperti belalang. Belalang bro, lebih mending daripada kodok. 
Ketika sesuatu dalam diri kita patah, emm hati contohnya. Kita nggak perlu terlalu banyak terpuruk, lesu, letih, lemas, mata berkunang-kunang *loe kira kurang darah? Minum L-MEN!!* Kita masih bisa berjalan, berlari, atau yang paling gampang tersenyum. Kita bisa cepet-cepetan kabuur dari tu yang namanya patah hati. Inilah topik ehem-nya. Toh, kita berjalan pake kaki, senyum pake bibir se-seksi-seksinya. Seksi kelengkapan, seksi keagamaan, seksi kebersihan. Semacam itu, oke?

Dari semua ketabahan belalang itu, ada satu hal yang jangan ditiru, iya ini perkecualian, perkecualian!
Jangan ngiler aja kalo dipegang orang -____-

Senin, 17 Juni 2013

Apa Itu Coelenterata?

Ehem ehem uhuk. Halo halo cemuah :3 Tenang-tenang gue gak mau pidato, cuma mau qiroah. Ehem. Sanggup menerima suara gue? Sanggup dong ya. Suara gue emang sedikit melengking indah bagai karangan bunga turut berduka cita *oouuuh

Gimana perasaannya ngeliat judulnya? Cakep, emang gue. Gilak, gue ngebahas soal UN (cukup dijilat Ujian Nasional). Ituh salah satu soal gue. Yang pastinya gue oon banget soal Coelenterata. Sama sekali gue nggak tau itu makanan macam apa. Tapi di situ disebutin hewan, meski gue anggep itu sebagai salah satu versi dari nama2 galau. Emang, gue galau masalah itu. Pengawasnya mana gak ngasih contekan ke gue. Udah tau gue dandan cakep gini masih gak dicontekin. Salah apa gue? *nangis unyu* :'(

Gue kasih cerita, meskipun loe maunya pacar. Masa gue ngasih loe pacar sedangkan gue sendiri jomblo? Apa kata bapak gue? Loe mau ama eyang subur? Sayangnya loe terlambat. Udah gak boleh lagi tuh eyang pacaran. Yang laen malah dibuang. Hayooo ciapa yang mau pungutin??

¯¯¯¯ Kasihku sampai di sini kisah kita jangan tangisi keadaannya ¯¯¯¯
Tuh kan eyang jadi galau :3

Kita nggak usah bahas eyang lagi ya. Males gue bahas yang begituan, mending bahas kok gue unyu amat ya? Aduuuh.

Gini cerita gue. Waktu itu adalah waktu di mana gue terakhir UN. Hari terakhir broooo. Bayangin ah betapa senengnya gue. Seneng gimana? Ke-oon-nan gue nggak bisa buat gue seneng. Gue memang cerdas tapi pernah oon. Bukannya pernah, masih oon dan cerdas kibas kibassssss.

Sayangnya banget, kecerdasan gue digalaukan oleh yang namanya coelenterata dan pertanyaan-pertanyaan cerdas lainnya. Kalo aja gue blender buku gue trus gue minum mungkin gue nggak se-oon waktu itu. Uh, bego sih gue -.- Baru tau ya? 
Pertanyaannya kira-kira begini yang gue inget : Di bawah ini yang termasul hewan coelenterata adalah...

Hewannya adalah ...
1. PHP
2. Selingkuh
3. Putus
4. Jomblo

MAKSUD LOE? -___________-

Di atas adalah hewan keluaran terbaru dari mulut dinosaurus jenis bebek nyemplung comberan.

Hewannya yang bener adalah... Kira-kira gue lupa gak ya?????

1. Udang *otaknya nggak sepadan sama gue, dia versi goblok gue versi cerdas #sebarin duit
2. Ubur-ubur *jellyfish
3. Bintang laut. Kalo dibahasa inggrisin cara gue sih namanya jadi Beach Star. Begitu dah bentuk kecerdasan gue. Muehehe :*
4. Hydra. Pada taukan hewan jenis ini? Sejenis hewan yang seperti tumbuhan yang hidup di laut. Eiiit... emang sih bentuknya kayak tumbuhan, tapi ini hewan (titik). Dan pertanyaan gue dari pertama gue kenalan sama hewan ini, BeABe-nya gimana caranya, bang, neng? cukup titik. Itulah pertanyaan pamungkas gue!

Dari hewan-hewan tersebut di atas gue jawab : UBUR-UBUR dan HYDRA. Gileee bener gak? -,- 

Rumus gue ngerjain soal cerdas seperti ini adalah :
Ke-oon-nan gue berfungsi canggih banget :&

C O E L E N T E R A T A

Gue ambil LENTERA-nya aja. Maksudnya adalah, Lentera itu maksudnya cahaya --> Bersinar --> Mengeluarkan bunyi, ehem maksudnya mengeluarkan cahaya. Trus gue cocokin sama pilihan hewan-hewan yang PHP di atas. Ehem.
UDANG : Belom tau otak bego kayak dia bisa ngeluarin cahaya. #sorry bukan maksud hati ngehina. cuman pengen menyelaraskan dengan otak gue yang cerdas ini. emuah

UBUR-UBUR : Berjayalah bagi engkau-engkau yang jago nonton cepombob. Makhluk kuning yang dulunya gue kira eeq gue yang kabur eh ternyata ini semacam spon. Oh tidak! Trus ke mana perginya eeq gue? -__- Ubur-ubur di cepombob biasa mengelurkan sengat yang ada cahayanya. Langsung deh gue Deal-in bahwa hewan jenis ini termasuk coelenterata. Cerdas kan gue?

BINTANG LAUT : Bagi pecinta cepombob kembali bersorak lagi. Yeyeyelalalala. Patrick si oon kayak gue ehem bisa ngeluarin cahaya? Gue nggak pernah lihat. Gue buang aja dia ke tempat di mana para oon-oon seharusnya bereproduksi. Artinya, gue lempar dia dari pencarian coelenterata. So sweet kan?

HYDRA : Ehem banget buat yg ini. Gue ngawur aja deh buat ini. Gue deal-in dia masuk ke coelenterata. Jujur gue gak punya alasan yang kuat gagah perkasa buat kelompok cinta ehem hewan yang satu ini. Pastinya yang bikin gue sangat amat nge-deal-in dia adalah, karena kurang satu cuyy hewannya, sedangkan dia cowok ehem hewan terakhir yang harus dipertimbangkan jenis kelaminnya. So, gue pilih dia daripada nggak ada yang milih. Gue emang baik banget.

Souah, capek juga gue. Kesimpulan yang gue dapet di sini adalah, bahwa ngawur dalam ulangan itu penting demi kecerdasan otak dan kecerdasan soal-soal yang disuguhkan. Seberapa kita sering nonton spongebob semakin kita mendapatkan hikmah, kecilnya seperti contoh di atas. Kecerdasan gue emang berlaku di sini. Ke-oonan gue pun cerdas banget.

Coelenterata dalam arti yang sebenernya adayah : Hewan BERONGGA.
Dengan ciri-ciri : 
1. Tubuhnya terdiri atas sebuah kantung yg berongga
2. Dinding kantung merupakan alat pencernaan makanan (usus)
3. Mempunyai satu lubang sebagai mulut dan sebagai anus (gilaaaak gak bisa ngebayangin gue, makan lewat sini, boker lewan sini)
4. Mempertahankan diri dengan racun atau bisa yg dihasilkan oleh tentakel (lengan2nya)
5. Hidupnya di laut.

Dan ini contoh hewannya : Hydra, ubur-ubur, akar bahar, hewan karang, mawar laut. (Sumber : Buku gue yang dibeliin ibu gue di toko buku)

ini berarti...... Jawaban gue bener. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hambamu ini. *nyambung nggak?*
Definisi gue sama definisi yang seakuratnya emang jelas beda banget. 780 derajat perbedaannya. Ajaib banget. Tuhan emang sayang sama ke-oon-nan gue. 

Sayang :( Walaupun jawaban oon gue tentang coelenterata bener, nggak ngejamin yang lainnya bener :'( *ngelap ingus* Nilai IPA UN gue cuman 8,75. Jauh banget sama misi gue yang pengen dapet 10. Buleeeet.

Gapapalah gue bersyukur aja masih dapet nem yang nggak oon-oon amat. *senyum semangat unyu*

Kamis, 13 Juni 2013

Ceritanya Gue Ngelepas Kangen

Langsung, kan, loe loe pada nebak kalo gue lagi kangen sesehewan, ya?. Sorry, kali ini eloooo cemuaaah salah paham. Kangen gue udah ilang, bukan kangen lagi, udah hilang. Gue buang, ntar dateng lagi, biasa. Ilangnya karena apa hayo? ciapa tau.. Yang tau gue kasih cium jauh deh *lari-lari*, yang nggak tau gue kasih tau. Daaan jawaban eloo semua bener banget, mending jawab nggak tau aja. Tapi meskifun pada bener, maaf gue nggak punya duit ples males bagi2 duit buat kalian :p.

Gue salah bilang gitu, seharusnya gue sadar, kalo nggak punya duit kenapa males bagi2? Sok suci *anggep aja nyambung*.

Udah deh, gue nggak pengen ngomong tentang duit. Guekan ngomongin tentang kangen gue. Loe semua malah salah paham, gue harus njelasin apa coba?

Nih, gue langsung jawab aja, dari pada loe yang baca pada penasaran trus belakangan gue diciumin ples diajak foto-foto. Kiranya gue Christina Perri -___-

Kangen gue ilang bukan karena gue udah ngilangin kangennya, bukan, sebenernya gue nulis ini nggak tau maksudnya, cuma dimaksud2in aja biar mudeng. Kangen gue ilang (dari tadi loe bilang gitu terus kapan ceritanya oon o.O) langsung aja, karena gue udah ketemu diaaaaa. Keren nggak? Lucu nggak? Jangan ketawa, ini bukan bahan lelucon. Loe kira gue Sule?

Malemnya sebelum gue ke sekolah lalu ketemu tadi yang gue omongin, gue mimpi kenalan sama ustadz ganteng banget. Kerjaannya senyum2 tapi malu. Nah, gue kerjaannya malu2 tapi senyum. Udah, ustadznya sampe sini ajah, ntar yg mau gue omongin cemburu, padahal dia gak peduli gue mau ngapain. Gue nyemplung sumur pun dia girang.

Dia sih bukan siapa2 gue, gue nganggepnya dia adek gue. Bukan hanya adek kelas tapi adek papan tulis. Sayangnya gue suka ama dia. Dia tau, lawong gue ngomong kok ke dia hahahaha. DIAM! Gue agak goblok banget ya, pake ngomong ke dia. Sekarang gue nyesel udah buat dia kePDan disukai ama cewe se*unyu* gue gini *mual2 muntah2*.

Bukan gitu, gue sekarang tau apa artinya gengsi. Gengsi but pengen. Pengen but gengsi. Jadi, Gengsi tapi Pengen. Saat ini gue males bodo-bodoan ama tingkah gue. Gilak, pinter banget gue bilang gitu. Alaaah, gue kan berpengetahuan, yakan, yakan? Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Intinya gue udah nggak kangen sama dia yang dari tadi gue sensor namanya dan jenis kelaminnya. Dan loe bisa nebak semua apa yang gue sensor kan? Jangan salah paham lagi, gue udah kehilangan kata2 gue tapi jangan sampe kehilangan keUnyu-an gue, amin.

Cuma Bilang Kalo Ada Bu Guyu

Gue kepengen cerita aja waktu gue pertama kali ngomong atau biasa disebut bicara atau lagi disebut berbincang-bincang dan gak bisa disebut BAB. Yakan? Tau nggak gue bicara sama siapa? Presiden? Nggaklah! Bapak gue? Nggaklah! Guru gue paling ganteng? Klasik banget! Iniiiii jawabannya ... (dibaca titik-titik) -__- Gue bicara sama gebetan gue. Jiaahahaha sorry bukannya gue makin berharap, cuman emang gitu sih .__.  Gue cuma pengen cerita aja. Emang dari tadi niatnya apa? Cerita, kan? Huuuah.

Emm.. Nggak perlu yakan yakan yakan gue sebutin orangnya di sini? Gue juga tau loe gak butuh. Gue juga, ini beneran bohong. Maksudnya? -____-

Waktu itu dia lagi jam olahraga. Dia lari-lari, yg pastinya disuruh. Kalo enggak ya mana mungkin mau, lawong udah siang, panas lagi. Huuueeehh kasian banget sih loe. Emang peduli?

Kalo loe pengen gue puitis gue bisa. NIH, makan tuuuh puitis!

Kamu tak pernah bilang bahwa kamu bisa menjadi seseorang yang begitu susah menghilang
Kamu datang pada kehidupan orang yang tlah lama sendirian
Kamu tahu dia ingin pulang dari segala kemunafikan lelaki yang katanya mencintainya dahulu
Kamu datang dan mengisi hatinya hingga penuh dengan air mata
Entah, entah itu indah atau sangat sia-sia
Kini dia berharap kamu segera pulangkan hatinya yang kamu ambil
Dia tak pernah meminta hatimu
Dan tak pernah kamu taruh hatimu di hatinya
Dia sama sekali tak mengerti apa yang kamu rasakan
Tapi dia selalu berdoa sekarang dan kelak kamu akan bahagia

Yuuuuaah, gimana? Klasik!! Biasa!! Umum!!

Oke oke loe bisa bilang gitu, tapi gue ga bisa. Gue bisanya bilang kalo puisi gue keren, keren banget. Dan itu bener, bener banget, satu lagi, itu menurut sepengetahuan gue. Taukan kalo gue berpengetahuan? =_=

Kembali ke titik awal. Gue hanya pengeeen cerita waktu dia bilang ke gue sambil tereak tereak pelan *tereak model apa?* nyuruh gue masuk ke kelas because ada guru gue. Nggak usah gue sebutin juga kan guru gue namanya siapa. Ntar pada naksir, hayo hayo. KEMBALI! Payahnya waktu itu emang gue cuek banget. Emang sih, karena emang gue udah tau kalo ada guru gue. Gue nganggepnya kalo dia terlalu perhatian ama gue. *seisi dunia muntah muntah*. So, masalah buat loe?

Gue bilang aja gue nggak denger dia ngomong apa. Pertamanya emang gak denger sih. Ngarepnya sih dia bilang "AI LOV YU" *naik antena sayangnya jatoh*. Daaan asiknya meskipun gue nggak denger dan gue suruh ngulang, dia ngulang juga. Trus, apa yang istimewah?

Gini Loh!!

Dia tetep ngulang dengan nada yang imut :* emuah

Sayangnya juga, dia cuma mau bilang kalo ada guru doang. Nggak bilang lebih gitu misalnya, "Mbak, kok unyu amat sih?" atau "Mbak, boleh dong kenalan?" Yaaah ngareeep -___- belakangan yg mintak kenalan gue juga bukan dia wkwkwkwk.

Rabu, 29 Mei 2013

Mei Akan Pergi

Kuceritakan sedikit tentang Bulan Mei. Dulu sebelum aku merasakan bisikan Mei, aku merasa Mei susah berlalu. Lama menunggu sampai-sampai terjerat rindu pada seseorang yang sama sekali tak pernah peduli. Kata-kataku terlalu jahat, jika terlalu hiperbola, maaf, aku hanya ingin menguatkan kalimat. Dan menyelaraskan dengan apa yang terjadi.

Aku sudah cukup sadar menikmati Mei dengan penuh kecemasan, ketenangan, santai, dan rindu. Semua dilebur menjadi satu. Mengawali Mei, menikmati Mei, dan segera mengucapkan selamat tinggal kepada Mei. Itu berarti semakin cepat aku menerima hasil Ujian Nasionalku dan segera pergi jauh darimu. Dari seseorang yang tadi kusebut.

Bulan Mei memang berkenang, namun sedikit saja aku melihatmu. Sedikit bahkan sebentar. Maka sebelum Juni tiba dan setelah itu aku pergi, boleh, ya, aku memandangmu agak lama? Ini tidak menyakitkanmu. Bahkan akan menyakitkanku sendiri. Kamu diam dan tenang saja. Itu sedikit dari berbagai caraku menjagamu. Tersembunyi tapi pasti.

Kau tahu sendiri, Mei akan pergi dan aku segera pada sekolahku yang baru. Kamu tetap di situ duduk manis bersama seseorang yang kau cintai dan mencintaimu. Sampai pada saatnya rasa sayang itu benar-benar kuat, aku merasakan sesuatu (harus) hilang dari rangka tubuhku saat nanti kita berpisah. Berbeda tempat belajar, guru, berbeda arah ketika pagi-pagi kita berangkat sekolah. Tidak seperti dulu.

Mei akan pergi dan aku segera pergi. Sesekali masih kusaksikan engkau berangkat sekolah dengan seragam dan ransel mu, meski lewat kenangan yang ada.

Sampai pada alenia terakhir aku akan jujur saja. Sebagian besar ini bukan tentang Mei, tapi ini tentang kamu. Tentang seseorang yang kusebutkan di atas.

Dan untuk Mei, kita akan sama-sama berlalu. 

Jumat, 24 Mei 2013

Apa Aku Harus Yakin Kalau Ini Rindu?

Susah memang mengatakan sesuatu yang indah sebagai sebuah keburukan. Begitu juga denganmu. Tak pernah sekalipun dalam seumur hidupku setelah aku mengenalmu dengan begitu sedikit, aku mengatakan sesuatu yang negatif tentangmu, sama sekali tidak pernah. Jikalau pernah, sebenarnya itu bukan dari hati. Aku hanya ingin mengganjal pikiran orang saja agar tak terlihat kalau aku benar-benar mengagumimu, sangat.

Beberapa hari ini hariku semakin senyap. Kurasakan lambat laun senyummu hilang dari ingatan. Aku tak sengaja, maaf. Tapi ini yang Tuhan mau. Aku harus sadar, ada waktu kita bertemu dan ada waktu juga kapan kita akan berpisah. Menyesali pertemuan disaat perpisahan akan digelar memang sering kali kulakukan. Kini, harus kusesali. Perpisahan menyurutkan kenangan yang semakin menggenang. Semakin dalam semakin susah dilupa. Makanya, Tuhan memisahkan kita dalam waktu dekat ini.

Kalau dibilang rindu, aku tak tahu. Yang kurasakan, seluruh ingatan yang berkaitan denganmu, sedikit demi sedikit memudar. Menghilangkan bekas noda bernama rindu. Jika aku salah mengartikan, maafkan saja. Aku hanya manusia biasa. Tapi apa benar ini disebut rindu? Secepat inikah aku merasakan perihnya? Aku tak suka. Namun harus kurasakan. Kamu, boleh saja merasakan, tapi jangan banyak-banyak. Sakit, lho, sakit sekali.

Mungkin ini benar-benar rindu. Oh, atau hanya rasa takut tentang kehilangan. Ah, semua dilebur di tempat yang sama. Kamu, rindu, perpisahan, kehilangan, cinta, sayang, semua ada di sini, di hatiku.

Sebelum aku berhenti mencintaimu, berhenti mencintai tanganmu, apa aku harus mencicipi rindu sebelum perpisahan dan kehilangan itu benar-benar terjadi?

Ya, aku yakin, ini benar-benar rindu. Wajahmu jarang sekali menyalamiku. Apalagi senyummu sudah sangat jarang terkulum untukku. Terus, sekarang apa lagi yang akan kau jauhkan padaku? Ah, semua yang kau sandarkan dulu dan kini kau jauhkan benar-benar semakin melilit tempat di mana kusimpan semua kenangan.

Aku rindu padamu. Pada semua yang ada padamu, terutama tanganmu.

Rabu, 22 Mei 2013

Aku Masih Simpan

Apa kau tahu apa yang kusimpan kira-kira seperempat tahun ini? Engkau tak tahu atau pura-pura tak tahu karena malu? Seharusnya kau tahu, aku menyimpannya untukmu. Selalu kujaga dan tetap terjaga. Ah, aku bermimpi terlalu lelap sehingga aku lupa bangun. Tidak perlu kamu yang membangunkanku, aku sendiri bisa, seperti sekarang. Yang kusimpan masih terjaga, hanya saja sedikit terberatkan kenangan. Aku tak tahu artinya. Biasanya aku menyebutnya rindu. Benarkah?

Eh, aku tak menyimpanmu di kotak perhiasan macam berlian yang berjuta-juta rupiah nilainya. Kamu lebih berharga dari berton-ton barang-barang mewah semacam itu. Aku hanya menaruhmu di balik jantungku yang asik memompa darah tanpa terkecoh oleh kedatanganmu. Meski sesekali ingin copot bila di dekatmu. Aku menganggap hal itu sebagai gejala dari orang terjatuh, ya, jatuh cinta memang aneh.

Bayang-bayang yang kusimpan secara tak sembarangan itu meraung-raung ketika aku harus merasakan gelagat aneh dalam hidupku ketika mengenalmu, mengenal apa itu jatuh cinta. Walau aku masih sekecil benih padi, tapi aku tahu bagaimana anehnya terlempar ke dunia aneh semacam rindu, suka, kagum, sayang, dan cinta. Aku masih sekecil ini, santai saja, sebenarnya ini hanya rasa kagum. Kagum berat meski tak ada yang wajib dikagumi. Begitulah aku. 

Aku tak pernah bisa membaca isi hatimu
Ketika engkau enggan di sampingku, mungkin, aku tak tahu
Hanya saja, sekali saja
Kamu harus tahu apa yang merasuk ragaku
Ada kamu di setiap denyut nadiku
Bukan hanya itu
Aku menunggumu di malam yang terhanyut mimpi
Ketika sunyi mencabik
Aku mengingatmu lagi, pelan-pelan
Yang kurasa, kenangan itu  ternyata masih kusimpan
Meski sedikit terlupa
Harus ku katakan ini,
Aku lupa senyummu, sedikit
Sepersekian detik yang kau beri untukmu, waktu lalu
Tapi tenang, selain senyummu, aku masih simpan tanganmu
Salah dari satu yang menurutku hebat yang ada padamu
Kali ini, aku tak perlu melelehkan air mata, lagi

Selasa, 21 Mei 2013

Sebaiknya Aku Pergi Dulu

Dulu kamu yang lebih sering pergi dari aku. Atau mungkin hanya pikiranku saja. Entah, aku selalu merasa kamu menjauhiku setiap saat. Setiap kita ada bersama. Ada saja celah yang membuatmu cepat-cepat menghindar, pikirku.

Kini aku yang akan pergi. Tunggu sampai waktu mengungkap kapan aku harus melangkahkan kaki bercocok harap yang masih untukmu. Sebenarnya bukan ku ragu. Hanya saja, aku belum sempat mendengar kata "selamat jalan" atau "sampai jumpa" bahkan mungkin "jaga dirimu baik-baik, aku akan merindumu, selalu". Jika kalimat itu berat karena kamu enggan, ya, tak apa. Tapi setidaknya kamu mau, sekali saja, buatlah aku tenang. Buatlah aku merasa sedikit penting di hidupmu.

Sempat-sempatkanlah berbagi canda ataupun tangis untukku, aku rela di waktu yang sebentar ini. Mendengarmu bercerita meski sekali saja, itu inginku dari dulu. Dulu yang sudah menjadi masa lalu. Tinggalkan saja, meski aku berkali-kali ingin mengulang. 

Semakin hari, terbuka jalanku untuk pergi darimu. Dan sebaiknya aku harus pergi dulu. Aku tetap menjagamu dari jauh. Jauh sekali. Melalui perasaan, aku menjaga risaumu. Kusempatkan berdoa agar kau diberi kebahagiaan oleh Tuhan. Tuhanmu juga Tuhanku. Kita punya Tuhan yang sama. Aku jadi lebih pantas berdoa untukmu. Menyebutmu terpenggal-penggal karena bergetar menyebut aksara namamu. Namun aku ikhlas berdoa, tak kau balas, aku sudah biasa. Nikmatilah.

Sebaiknya aku pergi lebih cepat. Sebelum aku benar-benar takut merasa kehilangan. Lupakanlah apa yang pernah aku perbuat kepadamu. Sebentar lagi kau akan bersenang-senang, tanpa kubelenggu. Namun jujur, aku tak pernah mengharapkan sebuah perpisahan ketika kita saling mengenal.

Sudah, sebaiknya aku segera berkemas. Lupakan saja aku jika kau tak bisa memaafkanku...

Senin, 20 Mei 2013

Tapi Kamu Tidak Seperti Aku

Mengenalmu berarti mengajarkan padaku akan arti keikhlasan. Keikhlasan yang bukan biasa-biasa saja. Inilah keikhlasan yang luar biasa. Tak ada yang bisa melihat, hanya dirasakan hasilnya. Sedikit melukis garis senyuman dan sisanya meleburkan air mata. Bukan. Bukan tangisan. Tapi kebahagiaan. Sejak awal, ini keikhlasan.

Bisa saja kuceritakan rasaku yang belum berumur lima puluh tahun. Usiaku belum setua itu. Namun, mengapa begini renta ketika aku tak bersamamu atau kamu tak bersamaku. Kuceritakan semuanya pun kau tak tentu ingat dan kaget lalu tiba-tiba memelukku rapat dan melepasnya dengan halus. Aku bisa saja halus, kok, sama kamu. Tapi kamu tidak seperti aku. Tidak. Kamu tidak jahat. Hanya saja menyakitkan. Tapi. Tapi itu bukan salahmu. Sama sekali bukan salahmu. Seluruhnya salahku. Aku yang teriming-iming dengan harapanku. Tapi bukan kamu yang mengimingi. Kamu diam. Hanya diam. Sudah, selesai. Kamu tidak seperti aku. Dan aku tidak bisa seperti kamu. Rasaku yang setebal itu, susah untuk menjadi kamu. Meski ingin.

Setiap hari kuserahkan semua perhatian untukmu. Walau aku lupa harus perhatian padamu, namun aku ingat. Tetap ingat, sampai benar-benar lupa. Tapi kamu tidak seperti aku. Kamu diam saja. Aku tak tahu sebenarnya isi hatimu. Karena aku bukan hatimu, mungkin. Entah kamu sebenarnya terkecoh olehku atau diam, cuek, aku bukan apa-apa, nothing.

Kamu tidak seperti aku yang setiap malam lancar memanjatkan doa agar aku bertemu denganmu meski di mimpi. Ataukah sesadis ini, kamu memimpikanku di malammu yang hangat bersama selimut yang memeluk bagaikan diriku. Itulah harapan. Tak salah berharap meski hanya sekedar berharap. Berharap itu indah, selebihnya menyakitkan kalau tak terkabulkan. Begitulah, harus bersyukur.

Satu lagi sebelum aku menutup kisah ini. Aku belum bisa menggapai gunung yang di sana ada racikan yang bila ku telan, semua isi otak dan hatiku yang seluruhnya berisi kamu akan hangus. Tak tersisa setetes pun rasa seperti sebelumnya. Tapi, ingat. Bukan berarti melupakan semua sosokmu. Hanya rasaku yang hilang. Dan semoga kamu seperti aku. JJ

Hujan Tahu Ke Mana Arah Rinduku

Aku simpan pesanmu sampai berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Ada atau tiada gunanya pun kamu tak tahu kan? Tapi gunanya benar-benar ada. Di saat aku lupa kapan terakhir kamu mengirim pesan untukku, aku bisa melihat simpanan pesanmu yang kujaga begini apik. Jika itu menjadi pesan terakhirmu untukku, setidaknya aku masih punya, begitu.

Ada berbagai macam cara bagaimana bisa kusampaikan rindu semacam ini. Kalaupun sampai, kamu pun tak tahu, iyakan? Kepada hujan, angin, malam, dan bintang, sering mereka berbaik hati untuk membantuku menyampaikannya untukmu. Menyampaikan rindu, salam, atau ucapan selamat malam. Walaupun tak pernah kau dapatkan, tapi semuanya ada padamu. Tepat ketika malam menyampaikan mimpi.

Kini hujan datang lagi. Waktunya kusampaikan selamat siang untukmu dan makan siang di meja makanmu. Tak boleh ada yang memakan salamku kecuali engkau. Kecuali kamu yang kupilih menerima ini. Aku juga mengatakan aku merindumu di siang ini. Bersama hujan, senandungku memang tak tampak. Rinduku yang mengiang-ngiang. Hanya saja, tak terlihat dari luar. Jika dirasa-rasakan, rindu ini berat. Iyakan?

Hujan tak pernah terlambat sampaikan salamku padamu. Tanpa kuberi tahu alamat rumahmu, letak kamarmu, dan keberadaanmu sekarang. Akupun juga tak tahu semuanya. Hujan tahu aku rindu, cukup kusebutkan nama lengkapmu, dan kutunjukkan satu fotomu. Sudah, setelah itu dia datang padamu dan mengucap semuanya. Tanpa kamu terima, tapi disampaikannya dengan pasti padamu. Yang pasti dariku.

Setelah hujan pergi, dan rinduku masih teruntuk untukmu. Ke mana harus kusampaikan maksudku?
Kepada Tuhanlah aku bermunajat. Iya, kepada Tuhan. Dia tahu semua arah-arah rinduku. Hujan hanya tahu ketika rinduku untukmu, saat hanya untukmu, untukmu.

Kamis, 16 Mei 2013

Aku pun Menunggu Waktunya Berpisah

Hai, lama sudah aku tak mengunjungi mu. Mungkin engkau lupa, tapi aku masih ingat. Dan bayangkan, aku tak pernah lupa semua tentangmu. Meski ingin melupakan, tapi aku belum benar - benar lupa. Nanti, waktulah yang akan membantuku melupakan segalanya.

Seperempat dari hatiku, begitu, ingin melupakanmu. Tengoklah sisanya, semua masih memujamu.

Terlalu cepat pertemuan menjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan, menyesakkan. Sesuatu yang harus terjadi. Suatu saat nanti akan terjadi. Aku bisa menunggu, maka aku mampu menjalaninya.

Aku pernah ingin kita tak akan pernah berpisah. Kita baru bertemu. Baru berkenalan. Bejatnya, mengapa harus ada perpisahan di antara puing - puing perasaan yang memang sudah berkeping - keping? Mungkin ini cara Tuhan memperbaiki kepingan - kepingan itu lagi untukku.

Rasa, harusnya kau yang paling tahu. Tapi kau tak tahu. Apa aku benar - benar rela menunggu waktu berpisah, atau hanya perkataan munafikku saja?
Rasa, jika benar aku sudah ikhlas menerima kenyataan. Aku harap engkau segera melupakan. Kapan pun dia mau mengucapkan selamat tinggal, aku terima.
Rasa, begini saja, aku menangis dulu, nanti kucarikan penggantinya yang lebih hebat.

Selasa, 30 April 2013

Lihat Harimu Sekarang

Aku sudah selesai ujian. Dan kini aku tak diwajibkan untuk masuk sekolah seperti biasa. Seminggu hanya berapa kali saja aku masuk. Lihat harimu sekarang, apa lebih tenang? Aku sendiri, melihat hariku yang seperti ini memang agak berat jika harus membayangkan waktu-waktu dulu. Namun sekarang aku jarang menangis. Sudah cukup, aku tak ingin jadi air mata. Toh aku bisa tertawa tanpa ada kamu kan?

Lihat harimu sekarang. Dunia ada padamu. Tanpa aku engkau akan terus berjalan. Mungkin tanpa aku engkau lebih kuat melangkah. Lihat senyummu hari ini. Engkau tampak manis, dan akan selalu manis. Jika boleh bertanya, kapan aku bisa memandang matamu lagi? Ini memang sebuah cerita antara keikhlasan, kerendahan, dan kerinduan. Semua itu sudah menjadi hal wajib tentang aku dan kamu.

Jangan loncati harimu di hari ini. Tetap tebarkan senyum, sapa saudaramu, jika perlu peluk tangan teman-temanmu. Tak usah gusar, aku akan selalu merindumu, merindumu, dan merindumu. Seharusnya kuingat, aku merindumu sebatas kakak kepada adiknya. Hubungan kita hanya itu, kakak kelas dan adik kelas. Dan sebentar lagi hubungan kita akan menjadi mantan. Kita berpisah. Jadi, sebelum aku pergi kumohon syukurilah harimu di hari ini. Banyak yang menyukaimu. Banyak yang mendambakanmu. Jika usiamu ingin menyiakan wanita yang mendambamu maka lakukanlah. Lihat lagi harimu sekarang. Setelah aku pergi engkau akan lebih tenang. Tunggu saja. 

Minggu, 24 Februari 2013

Sepuluh Detik

Kuingat pagi - pagi.
Hmm. Pagi itu juga aku ingin mengucap selamat pagi untukmu. Ah. Mengapa harus digeser? Aku ingin melihat wajahmu untuk setengah atau satu jam saja. Juga yang pasti, aku ingin engkau melihatku. Betapa aku ingin diperhatikan. Betapa aku ingin mendapat tempat khusus di hatimu. Oh...Surut harapku.
Cukuplah ku pandang engkau sepuluh detik saja. Namun jujur, itu tak cukup. Lalu pakai cara apa aku memandangmu lebih dari sepuluh detik? Betapa pelit waktu, tak mau menolongku sebentar saja. Sepuluh detik? Waktu macam apa itu?! Ah sudahlah, buat apa aku memprotes semacam itu. Kamu juga tidak ingin kan memandangku? -___-

Emm. Jika kuingat ingin menangis saja aku ini. Sepuluh detik itu, aku sepintas melihat matanya. Sepintas melihat perhatiannya. Dan selamanya aku akan mengerti bahwa aku tak pernah kau pedulikan. Masih saja aku tersenyum - senyum memandang kenangan sepuluh detik itu.

Wajahmu mengiang.
Tersenyumkah kau tadi? Sepuluh detik tadi? Kuharap dengan pesimis, kau tak tersenyum. Hanya sepuluh detik! Mungkin Kurang atau bahkan lebih. Hahaha. Bahagia sekali hatiku. Mengenalmu sebanyak waktu ini. Sepuluh detik! Sepuluh detik! ;)