Silih bergantinya hari memasukkan kita secara paksa pada pahitnya perpisahan. Harus ku akui, perpisahan ini pahit walau sebenarnya kita harus berpisah untuk menggapai berlian di depan mata. Aku, kamu, dan kita belajar bagaimana merasakan pertemuan dan perpisahan, lagi. Teman-teman..
Seperti selayaknya air yang mengalir. Kita harus mengalir sendiri-sendiri dan ada yang masih bersama. Kita tetap teman meski jarak membentang //(^__^//) Semangat, Kawan!
Suatu hari disaat mentari belum terlalu tinggi. Kita bersama-sama menyaksikan indahnya pagi di sekolah. Naik angkot, naik motor, diantar orang terdekat, dan berjalan kaki. Kita sama-sama bertemu di tempat setelah kita bangun dari peraduan. Aku memahami banyak teman yang datang dan datang. Aku memaknai kalian pelangi...
Hai, Teman, dulu kita tertawa dan berduka bersama. Banyak cerita yang mampu kita ubah dan pertahankan.
Ada di antara kita yang harus hancur karena bebannya, karena musuhnya. Namun kita bersahabat. Kita punya cerita dan kita bisa bercerita. Kini waktunya untuk kita mengenang cerita dan mengenal perpisahan.
Kemesraan kita enggan berlalu dari kenangan. Kita berhak selamanya menjadi kawan.
Tak lepas dari perjalanan kita selama ini. Menepis segala lara yang tersurat dan tersirat. Tak pernah kita berlari sendiri meskipun harus sendirian. Kita bersama-sama dalam mimpi dan khayalan kita masing-masing. Kamu yang kusayang, selamat berjuang...
Kita berada di bawah, namun angan dan harapan kita menggantung di langit.
Kita tuntaskan cita-cita kita di sekolah ini. Kita rebut asa di sekolah baru. Entah bersama entah sendirian. Yang penting kita berjuang, untuk orang tua, guru kita, orang tersayang, bangsa dan negara, agama, dan diri sendiri. Kita tetap berjalan seperti dulu, teman-teman. Selamat berjuang untuk kita dan semuanya. Kelak kita akan berhasil dan tersenyum bahagia. Aku, kamu, dan kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar