Hai, lama sudah aku tak mengunjungi mu. Mungkin engkau lupa, tapi aku masih ingat. Dan bayangkan, aku tak pernah lupa semua tentangmu. Meski ingin melupakan, tapi aku belum benar - benar lupa. Nanti, waktulah yang akan membantuku melupakan segalanya.
Terlalu cepat pertemuan menjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan, menyesakkan. Sesuatu yang harus terjadi. Suatu saat nanti akan terjadi. Aku bisa menunggu, maka aku mampu menjalaninya.
Aku pernah ingin kita tak akan pernah berpisah. Kita baru bertemu. Baru berkenalan. Bejatnya, mengapa harus ada perpisahan di antara puing - puing perasaan yang memang sudah berkeping - keping? Mungkin ini cara Tuhan memperbaiki kepingan - kepingan itu lagi untukku.
Rasa, harusnya kau yang paling tahu. Tapi kau tak tahu. Apa aku benar - benar rela menunggu waktu berpisah, atau hanya perkataan munafikku saja?
Rasa, jika benar aku sudah ikhlas menerima kenyataan. Aku harap engkau segera melupakan. Kapan pun dia mau mengucapkan selamat tinggal, aku terima.
Rasa, begini saja, aku menangis dulu, nanti kucarikan penggantinya yang lebih hebat.
Seperempat dari hatiku, begitu, ingin melupakanmu. Tengoklah sisanya, semua masih memujamu.
Terlalu cepat pertemuan menjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan, menyesakkan. Sesuatu yang harus terjadi. Suatu saat nanti akan terjadi. Aku bisa menunggu, maka aku mampu menjalaninya.
Aku pernah ingin kita tak akan pernah berpisah. Kita baru bertemu. Baru berkenalan. Bejatnya, mengapa harus ada perpisahan di antara puing - puing perasaan yang memang sudah berkeping - keping? Mungkin ini cara Tuhan memperbaiki kepingan - kepingan itu lagi untukku.
Rasa, harusnya kau yang paling tahu. Tapi kau tak tahu. Apa aku benar - benar rela menunggu waktu berpisah, atau hanya perkataan munafikku saja?
Rasa, jika benar aku sudah ikhlas menerima kenyataan. Aku harap engkau segera melupakan. Kapan pun dia mau mengucapkan selamat tinggal, aku terima.
Rasa, begini saja, aku menangis dulu, nanti kucarikan penggantinya yang lebih hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar