Hari ini Rizta berangkat sekolah dengan membawa rasa malasnya. Suntuk sekali mukanya pagi ini. Tak terlihat senyumannya yang manis sedikitpun dari bibir tipisnya. Ia berjalan menuju parkiran sepeda dan bergegas menaiki angkot yang telah lama menunggu kedatangannya.
Sesampainya ia di depan sekolah, ia berhenti sejenak untuk menunggu temannya. Dan pada saat itu pula, orang yang begitu diistimewakan oleh hatinya yaitu Anggara berangkat pada pukul itu pula. Pagi ini ia sedikit terhibur dan sedikit senang sepertinya. Senyumnya kembali mengembang seperti hari – hari biasanya.
Teman yang sejak tadi Rizta tunggu akhirnya datang juga. Akhirnya mereka berdua masuk ke kelas dan tanpa disadarinya, Anggara juga berjalan bersamaan dengan ia dan temannya. Wajah Rizta memang sudah tak sesuntuk tadi, ya itu gara – gara Anggara yang tadi pagi telah memberi vitamin plus buat hati dan mata Rizta.
Kini Rizta malah jadi salah tingkah sewaktu Anggara membarenginya. Entah apa yang akan Rizta katakana dan lakukan. Memang belum lama Rizta merasa suka dengan Anggara. Namun begitu cepat rasa suka itu semakin besar. Akan tetapi Rizta tak bisa berharap lebih dengan Anggara, karena Anggara telah menyukai gadis lain yang mungkin lebih cantik dan lebih menarik dari Rizta. Gadis itu tak lain adalah Zihra teman dekat Rizta. Dengan posisinya sebagai teman dekat Zihra, Rizta pun memanfaatkan kesempatan itu untuk lebih akrab dengan Anggara. Ya … seperti ngasih kabar atau nanya – nanyain ke Zihra gitu, khan untung juga buat Rizta bisa SMSan gitu sama Anggara dan jadi lebih akrab deh dengan dia :).
Semakin banyak langkah yang ditapakkan Rizta dan temannya semakin dekat pula jarak mereka dengan Anggara. Cuma satu jurus yang dilakukan oleh Rizta, yaitu melemparkan secarik senyum yang sedalam – dalamnya kepada Anggara. Namun balasan senyuman dari Anggara tak begitu memuaskan bagi Rizta. Akhirnya ia pun bergegas membuat jurus yang kedua, yaitu melambaikan tangannya dengan semangat dan pastinya lemah gemulai. Yang diinginkannya pun tercapai, Anggara membalas lambaian tangannya dengan lambaian tangan pula dan tak lupa senyumnya yang seperti malu – malu. Kala itu Rizta senang sekali. Namun rasa senangnya hanya mampu ia pendam dalam hati. Ia tak mau orang lain tahu dulu. Biarkan orang lain tahu pada waktu Anggara tak mengharapkan gadis lain, namun pada waktunya Anggara pergi untuk mengharapkan hati dan cinta Rizta :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar